TEMPO.CO, Jakarta - Studi tapak yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menunjukkan Pulau Bangka adalah lokasi ideal untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Pemeriksaan geologi juga menunjukkan Pulau Bangka lebih layak menjadi lokasi PLTN karena dinilai memiliki risiko paling kecil jika terjadi gempa bumi atau tsunami yang bisa membahayakan fasilitas nuklir.
Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Batan Yarianto Sugeng Budi Susilo mengatakan lembaganya melakukan penelitian lokasi secara komprehensif di Bangka bagian barat dan selatan.
"Secara teknis, dua wilayah itu layak dan siap untuk PLTN. Frekuensi kegempaan di sana juga sangat rendah," katanya di sela-sela seminar bertajuk "Understanding the Fukushima Nuclear Accident and its Recovery Efforts" di Universitas Pancasila, Jakarta, Kamis, 20 Maret 2014.
Yarianto mengatakan Indonesia lebih beruntung dari Jepang meski sama-sama berada di wilayah rawan gempa. Meski mengetahui risiko besar dihantam gempa, Jepang tetap membangun pembangkit tenaga nuklir. Jepang saat ini memiliki 52 pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Di Jepang tidak ada tempat yang aman dari gempa. Sementara di Indonesia ada Kalimantan dan wilayah timur yang aman dan stabil, cocok untuk lokasi PLTN," katanya.
Ide membangun PLTN di Indonesia sudah bergulir sejak era 1970-an. Batan sudah melakukan studi kelayakan di Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara, dan Bangka. Analisis wilayah dilakukan hingga 500 kilometer dari pusat studi tapak untuk mengantisipasi kemungkinan gempa dan tsunami.
"Kalaupun terjadi tsunami, efek gelombangnya di sana cuma setinggi 1 meter," ucap Yarianto.
Peneliti Batan juga melakukan simulasi letusan gunung api termasuk menggunakan data kekuatan Krakatau. Penghitungannya sampai 1.000 kilometer untuk mengukur pengaruh abu vulkanik yang muncul.
GABRIEL TITIYOGA