TEMPO.CO, Jakarta - Pertikaian antar-suku kembali terjadi di Mimika, Papua. Pendiri Yayasan Hak Asasi Manusia Anti-Kekerasan, Yosepa Alomang, mengatakan pertikaian kali ini melibatkan suku Moni, Mee, Amungme, yang berhadapan dengan suku Dani-Damal. "Pertikaian yang berlangsung sejak 6 Februari 2014 itu telah menyebabkan delapan orang meninggal," kata Yosepa, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 19 Maret 2014.
Menurut Yosepa, enam orang korban meninggal berasal dari suku Moni, Amungme, dan Mee. Sedangkan dari kubu Dani-Damal dilaporkan sebanyak dua orang tewas. Selain korban meninggal, Yahamak mendapat laporan ratusan anggota suku mengalami luka dan puluhan rumah habis terbakar.
Yosepa menjelaskan pertikaian terjadi akibat rebutan penguasaan tanah adat. Kedua kelompok sama-sama mengklaim menjadi pemilik tanah itu. Namun, menurut Yamahak, kedua kelompok hanya memilik hak guna untuk membangun rumah, dan berkebun. Tanah yang disengketakan, menurut Yamahak, adalah milik suku Kamoro yang justru tak terlibat dalam konflik.
Sayangnya, menurut Yosepa, hingga kini tak ada upaya serius dari Pemerintah Kabupaten Mimika dan Pemerintah Daerah Papua untuk menghentikan pertikaian. "Pemerintah semestinya memediasi dan memfasilitasi para pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan secara damai."
Aparat keamanan pun juga dinilai tak terlibat aktif dalam mengamankan dan menghentikan perang antar suku itu. Sikap aparat keamanan justru dinilai lalai dan membiarkan konflik terus berkembang. "Kami minta Kapolres Mimika segera menangkap dan memproses hukum para kepala perang masing-masing suku."
Baca Juga:
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler:
Abraham Samad: KPK Tetap Bidik Sutan Bhatoegana
Jokowi Diserang Kubu Prabowo, Apa Reaksi Ahok?
Video Asusila Puncak Dibuat untuk Koleksi Pribadi