TEMPO.CO, Surabaya - Kebun Binatang Surabaya tak kunjung membaik setelah diambil alih Pemerintah Kota Surabaya. Itu terjadi karena manajemen Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS, yang ditunjuk Wali Kota Tri Rismaharini, pecah.
Menurut penelusuran Tempo, pangkal perpecahan adalah perbedaan pendapat antara Direktur Utama KBS Ratna Achjuningrum dan Direktur Operasional KBS Liang Kaspe terkait perekrutan manajemen dan karyawan serta pembenahan nutrisi pakan satwa. Meskipun memiliki ruang kerja di KBS, Liang selalu berkantor di Rumah Sakit Hewan KBS.
Kala dikonfirmasi mengenai perpecahan itu, Ratna mengakuinya. Menurut dia, Liang menentang kebijakannya menata sumber daya manusia di KBS, antara lain perekrutan pegawai dengan standar pendidikan tertentu.
Ia mengatakan Liang ingin mengangkat seorang tenaga kebersihan yang bernama Tari untuk menjadi kepala rumah sakit. Namun, Ratna tidak menghendakinya karena Tari hanya lulusan SMA. Menurut undang-undang, kepala rumah sakit harus seorang dokter hewan.
“Tak hanya itu, dia (kepala RS) harus mempunyai sertifikasi sebagai dokter hewan dan telah memperoleh izin praktek, baik di klinik umum maupun pribadi,” kata Ratna kepada Tempo, Kamis, 20 Maret 2014.
Baca Juga:
Oleh karena itu, Ratna menegaskan siapa pun yang menginstruksikan pengangkatan, seberapa pun hubungan kedekatan antara mereka dan sebaik apa pun kinerja karyawan, bila tidak memenuhi syarat peraturan, maka dia tidak akan menyetujuinya. "Sekali pun Bu Liang mau marah sampai mutung (mogok), saya tetap bilang tidak boleh," tutur Ratna.
Selain melihat dari latar balakang pendidikan, kata Ratna, pengangkatan seorang kepala departemen harus melalui perekrutan internal. Para calon pelamar diwajibkan mengikuti psikotes serta uji kelayakan dan kepatutan, bukan berdasarkan pengangkatan secara pribadi dari direktur. "Saya tidak mengizinkan siapa pun memgangkat kepala departemen secara langsung, termasuk saya sendiri," ujar Ratna.
Ratna mengatakan bila pegawai yang berpengalaman itu ditunjuk sebagai penjaga, dia tidak keberatan. Sebab, seorang penjaga memang lebih banyak membutuhkan pengalaman lapangan.
Liang Kaspe mengaku tidak memiliki masalah dengan direktur utama. "Saya tidak merasa ada apa-apa dengan Bu Ratna. Saya tidak merasa punya musuh. Tapi tidak tahu kalau yang saya anggap teman itu menganggap saya musuhnya," kata Liang di ruangannya, Kamis, 20 Maret 2014.
Ia mengakui memang mengusulkan tukang sapu sebagai kepala rumah sakit hewan. Liang berpendapat yang terpenting dari seorang karyawan adalah pengalaman, bukan pendidikan formalnya. Menurut dia, para sarjana kebanyakan tidak berpengalaman mengurusi satwa sehingga akan dikalahkan oleh lulusan SMA atau SMP yang telah bertahun-tahun hidup dengan satwa.
"Saya berani bertaruh anak buah saya yang berpengalaman sepuluh tahun lebih akan lebih bisa mengurus satwa daripada yang sudah sarjana," ujar Liang.
Liang tetap saja dengan argumennya. "Berapa pun banyaknya sarjana, kalau punya pengalaman, ya, ndak masalah jadi pimpinan. Tapi kalau ndak punya pengalaman, apa mau kebun binatangnya ngguling. Yang terpenting kan pengalaman, mau dan bisa bekerja," kata Liang.
DEWI SUCI RAHAYU