TEMPO.CO, Surabaya - Hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan hampir separuh pemilih tak mengenal calon anggota legislatif yang akan duduk di kursi DPR. Bahkan, di sejumlah kota besar, banyak warga yang buta soal caleg. "Banyak yang tidak kenal dengan caleg," kata Ikhsan, penjual es tebu, warga Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Kamis, 20 Maret 2014.
Untuk bisa dikenal warga, kata dia, caleg harus sering turun ke kampung. Kalau memiliki tim sukses, anggota tim ini juga harus intensif turun ke kampung-kampung. "Merebut simpati warga untuk memilih sebenarnya tidak kelewat sulit," ujar Ikhsan. "Yang penting, sering blusukan, royal, tulus, dan ikhlas. Tanpa disuruh pun, warga akan memilih walau tidak kenal sebelumnya.” (Baca: Kurang Promosi, Separuh Pemilih Tak kenal Caleg).
Hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 28 Februari-10 Maret 2014 menyebutkan 48,7 persen responden mengaku tak mengenal para caleg. Sebanyak 40,5 persen lainnya hanya mengenal sebagian kandidat. Hanya 5,5 persen saja yang mengaku tahu atau mengenal sebagian besar kandidat dan 1,2 persen menyatakan tahu atau mengenal semua caleg.
Alasan memilih atau tidak memilih seorang caleg, menurut Ikhsan, terkadang juga sangat personal sifatnya. "Banyak yang sudah mengenal caleg karena memang masih bertetangga, tapi terhadap tetangganya kurang peduli. Maka, ya, enggak akan dipilih. Dan untuk memilih atau tidak memilih itu bisa lewat getok tular dari mulut ke mulut," katanya. (Baca: Caleg yang Baik Belum Tentu Dipilih, Uang Berkuasa).
Cara-cara pendekatan dengan memberikan suvenir juga menjadi salah satu cara yang banyak dilakukan caleg kepada calon pemilih. Cara lain lagi adalah dengan memasuki komunitas, semisal pengajian di RT atau RW. Di forum-forum seperti ini, para caleg akan mengenalkan diri dengan didampingi tim sukses sambil membagi-bagikan suvenir, bisa berupa baju koko atau kerudung.
Sementara itu, tukang becak di Kelurahan Kertajaya juga tak mengenal caleg. "Hanya tahu dari gambar saja," kata tukang becak yang biasa mangkal di Jalan Kertajaya 12, Surabaya. Hingga kini, dia atau kawannya belum tahu siapa caleg yang bakal dipilih. Namun, "Siapa yang memberi uang, akan saya pilih," katanya. Di kalangan kecil seperti tukang becak, kata dia, pasti ada yang menawari duit untuk memilih salah satu caleg. (Baca: PPATK Deteksi Peningkatan Politik Uang Caleg).
DAVID PRIYASIDHARTA