TEMPO.CO, Sumenep - kapal kayu buatan KH Abddurahman, pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Albajigur, Desa Tenonan, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tampak megah dengan warna biru putih dominan. Dari pengamatan Tempo, Ahad 23 Maret 2014, dinding kapal bagian depan terpampang nama perahu tersebut dalam bahasa Arab "Rafa'tut Thoir" atau Burung Laut. (Baca : Tiru Nabi Nuh, Kiai di Madura Bikin Perahu)
Dari segi model dan bentuknya, perahu Kiai Abdurrahman yang akrab disapa Kiai Bajigur itu sama dengan kapal rakyat kebanyakan di Kabupaten Sumenep. Bedanya, perahu Kiai Bajigur dilengkapi ruang nahkoda seluas kurang 2X3 meter terletak dibagian belakang kapal.
Kapal ini memiliki tiga dek : dek pertama untuk ruang mesin dan barang, dek dua untuk penumpang, dan dek tiga nahkoda. Panjang kapal 15 meter dan lebarnya tiga meter. Disinggung soal inspirasi Nabi Nuh, karena membuat perahu di atas bukit Lanjuk, Kiai Bajigur tertawa lebar. "Saya ini bukan nabi," katanya.
Menurut dia pembuatan perahu ini tanpa maksud apa pun, bahkan belum tahu mau diapakan perahu tersebut setelah selesai dibuat. "Pokoknya nyemplung laut dulu," katanya.
Kiai Bajigur menegaskan, bukan dirinya yang membuat perahu tersebut. "Saya hanya ide," katanya. Menurut dia, perahu itu dikerjakan 7 orang ahli perahu dari Jawa dan Kecamatan Saronggi Sumenep. Waktu pengerjaan selama hampir lima bulan, menelan biaya Rp 400 juta. "Uangnya dari belas kasih Allah," kata kiai berambut gondrong itu. (Baca : Penerbangan Sumenep - Surabaya Mulai Juli)
MUSTHOFA BISRI
Terpopuler
Pesan Prabowo: Jangan Mau Dipimpin Tukang Bohong
Chelsea Vs Arsenal 6-0, Mourinho Permalukan Wenger
Umumkan Capres di Rumah Pitung Jadi Bumerang Buat Jokowi