TEMPO.CO, Jakarta - Para peternak ayam tradisional meminta pemerintah menata perdagangan ayam. Sebab, harga ayam pedaging di tingkat peternak sering jatuh akibat panjangnya rantai niaga dan persaingan dengan industri besar.
"Ini semestinya segera diatur pemerintah," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional, Ruri Sarasono, saat dihubungi Tempo.
Menurut Ruri, salah satu cara untuk mempersingkat rantai niaga adalah memperbolehkan peternak menjual langsung ayam potong ke konsumen. Selama ini, peternak menjual ayam hidup ke pasar. "Begitu sudah menjual ayam potong, rantai tata niaga bisa dipangkas," ujarnya. (Baca: Ini Penyebab Fluktuasi Harga Ayam). Namun, kata Ruri, hingga saat ini para pedagang pasar tidak mau menerima pola penjualan tersebut karena mereka ingin memastikan ayam yang dijual ke konsumen dalam kondisi yang baik.
Saat ini harga ayam petelur dan pedaging di tingkat peternak anjlok hanya Rp 10.800 dan Rp 12.000 per kilogram sejak sebulan terakhir. Padahal, normalnya harga ayam petelur dan pedaging adalah Rp 17 ribu per kilogram. (Baca juga: Cuaca Ekstrem, Tetelo Mewabah di Madiun).
Menurut Suparto, peternak ayam asal Lamongan, Jawa Timur, mereka merugi Rp 3.000 per kilogram karena harga pokok produksi mencapai Rp 14-15 ribu per kilogram. Dia mengatakan penurunan harga terjadi karena peternak kelebihan stok. "Pemerintah sebelumnya memberi izin impor hingga 40 persen. Akhirnya populasi over suplai karena permintaan tidak bertambah," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler
20 Penumpang MH370 Ternyata Teknisi Militer AS
Jokowi Masuk 50 Pemimpin Terhebat Versi Fortune
MH370 Jatuh, Seluruh Awak dan Penumpang Tewas
Peti Kemas dan Sabuk MH370 di Perairan Perth?