TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengakui kematian ibu masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Masalah ini menjadi ganjalan untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) pada 2015. "Satu yang berat yakni angka kematian ibu," katanya saat memberi sambutan dalam rapat kerja nasional kemitraan BKKN di Jakarta, Selasa, 25 Maret 2014.
Menurut Ali, angka kematian ibu pada periode 1997-1999 mencapai 421 per 100 kelahiran hidup. Jumlah ini menurun hingga menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2007. Namun menurut data terakhir yang diambil pada periode 2012-2013, angka kematian ibu kembali meningkat hingga mencapai 359 per kelahiran hidup.
"Ini yang mengherankan semua pihak," ujarnya. Angka itu jauh dari target MDGs 2015, yakni angka kematian ibu maksimal 102 per 100 ribu kelahiran. (baca: Menkes Prihatin Tingginya Angka Kematian Ibu Papua)
Menurut dia, ada beberapa penyebab melonjaknya data angka kematian ibu tersebut. Antara lain konsolidasi masalah data dan banyaknya perempuan yang menikah muda. "Sebanyak 45 persen usia menikah kurang dari 19 tahun," ujarnya. (baca: Ibu Usia Muda Rawan Tekanan Mental)
Pernikahan dalam usia muda, kata dia, rentan membuat perempuan meninggal lantaran belum matang dalam mengambil keputusan. Biasanya mereka menyerahkan keputusan persalinannya kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti mertua. Menurut Ali, ini bisa menyebabkan mereka terlambat membuat keputusan untuk membawa ibu ke tempat persalinan. "Belum lagi nanti ada masalah transportasi, administrasi rumah sakit, dan kesiapan rumah sakit," ujarnya.
Karena itu, kata Ali, Kementerian bersepakat dengan BKKBN beserta mitranya untuk meredam masalah itu. Caranya, dengan membangun keluarga dan meningkatkan program keluarga berencana. (baca: Atasi Kematian Ibu dan Bayi, Ini Usaha Pemerintah)
NUR ALFIYAH
Terpopuler
MH370 Jatuh, Seluruh Awak dan Penumpang Tewas
Jatuhnya MH370 Diungkap Satelit Inggris
Pernyataan Lengkap PM Malaysia Soal MH370