TEMPO.CO, California - Perubahan jaringan otak anak penderita autisme diperkirakan terjadi sejak dalam kandungan. Sekelompok peneliti menemukan semacam jaringan khusus pada sel otak penderita autisme. Perubahan ini diprediksi terjadi pada masa kehamilan trimester kedua dan ketiga. (Baca: Stop Konsumsi MSG Bisa Sembuhkan Autisme)
Para peneliti melakukan pemeriksaan pada sampel jaringan otak. Mereka mendapatkan sumbangan sampel otak dari sebelas anak penderita autisme dan sebelas anak normal berusia 2-16 tahun. Peneliti memeriksa tipe saraf pada cortex atau lapisan terluar otak.
Hasil penelitian yang dituangkan dalam New England Journal of Medicine, 26 Maret 2014, menyebutkan ada jaringan tebal dan kejanggalan bentuk saraf pada lapisan yang salah dalam cortex anak autisme. Jaringan tebal itu panjangnya sekitar 5-7 milimeter dan ditemukan dalam frontal cortex dan temporal cortex pada sepuluh dari sebelas anak penderita autisme. Sedangkan hanya satu dari sebelas anak normal yang memiliki jaringan serupa.
"Kondisi itu bukan seperti lesi (luka) atau kekurangan sel. Sel-sel itu ada di sana tapi tidak menjadi sesuatu atau tidak berada pada lapisan seharusnya sel itu berada," kata Eric Courchesne, peneliti dan profesor neuroscience di Universitas California, San Diego, Amerika Serikat.
Courchesne mengatakan tambalan itu muncul di area yang berhubungan dengan kemampuan bahasa dan interaksi sosial. "Namun tidak ada pada occipital cortex, wilayah yang berhubungan dengan proses visual yang biasanya sangat baik pada kasus autisme," kata Courchesne yang juga menjabat Direktur UCSD Autism Center.
Courchesne mengatakan penyebab perubahan lapisan cortex masih belum diketahui. Kombinasi faktor genetika dan kondisi di dalam kandungan diduga menjadi pemicunya. "Kami belum tahu pasti. Namun ibu yang terpapar virus, bakteri, toksin, atau bahkan stres bisa mempengaruhi kondisi gen," katanya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan anak-anak penderita autisme punya sel otak 67 persen lebih banyak. Ada juga studi yang menunjukkan gen-gen yang terlibat dalam autisme. Semuanya berhubungan dengan masa perkembangan otak janin di dalam kandungan. "Ada kemiripan dengan temuan kami pada jaringan otak tersebut," kata Courchesne.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA