TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang bisa menyikapi masalah dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Ketika beberapa orang mungkin akan berlayar kuat mengarungi kesulitan hidup, beberapa lainnya justru bisa terperosok ke dalam depresi.
Rupanya, hal ini dipengaruhi oleh sebuah gen. Dilaporkan Live Science, Selasa, 25 Maret 2014, seseorang yang memiliki varian gen dari satu bahan kimia otak yang disebut galanin lebih mungkin menderita depresi dibandingkankan orang yang memiliki galanin normal.
Galanin merupakan peptida yang banyak ditemukan dalam sistem saraf manusia. Gen ini diduga terlibat dalam pengaturan rasa sakit, proses bangun dan tidur, makan, tekanan darah, serta suasana hati. Sejumlah penelitian menunjukkan galanin memiliki peran dalam stres dan kecemasan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi 24 Maret 2014 disebutkan sistem galanin otak memainkan peran penting dalam perkembangan depresi dengan membuat seseorang lebih rentan terhadap stres psikologis.
“Ketahanan atau kerentanan terhadap stres dan depresi kemungkinan berada dalam gen kita,” demikian kata penelitian tersebut. Efek pengembangan sistem galanin terhadap depresi lebih besar terjadi pada seseorang yang menderita stres tinggi.
Selama ini, jika membahas tentang stres, peneliti hanya berfokus pada neurotransmitter serotonin dan noradrenalin. Kebanyakan antidepresan pun menargetkan bagian ini. Namun, tak jarang, dalam beberapa kasus, obat menjadi tidak efektif.
Dari studi ini, diharapkan peneliti bisa lebih mengeksplorasi sistem galanin sebagai target untuk mengembangkan obat antidepresan baru.
ANINGTIAS JATMIKA | LIVE SCIENCE
Terpopuler
Kapan Oksigen Muncul di Bumi?
Fakta Tentang Selfie
Ini 3 Tren E-Commerce
Lenovo Masih Andalkan Ponsel Pintar