TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri membuat rupiah kehabisan tenaga berhadapan dengan dolar AS.
Dalam transaksi pasar uang hari ini, rupiah melanjutkan koreksinya selama tiga hari berturut dengan melemah 35 poin (0,31 persen) ke level 11.447 per dolar AS. Rupiah melemah seiring dengan menguatnya dolar AS terhadap mata uang regional.
Pengamat pasar uang dari Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan pergerakan rupiah memang cenderung tertekan beberapa hari terakhir karena dolar masih superior di pasar uang. "Membaiknya data-data ekonomi Amerika membuat pelaku pasar akan cenderung mengalihkan portofolio mereka ke dolar AS," katanya, Kamis, 27 Maret 2014.
Dolar sedang berada di atas angin setelah beberapa indikator ekonomi AS dirilis positif. Di antaranya, meningkatnya indeks keyakinan konsumen AS, membaiknya data penjualan rumah, dan meningkatnya permintaan barang-barang tahan lama untuk industri. Angka klaim penganggur yang dirilis pada Kamis, 27 Maret 2014, waktu AS, juga diprediksi menurun ddibanding bulan sebelumnya. (baca:Ekonomi Amerika Membaik, Dolar Kian Perkasa)
Pelaku pasar juga masih dibayangi oleh sentimen negatif dari pertemuan Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting) pekan lalu. Dalam pertemuan itu bank sentral AS (The Fed) memutuskan meneruskan program pemotongan stimulus hingga akhir tahun ini serta kemungkinan kenaikan suku bunga pada 2015.
Dari dalam negeri, tidak ada sentimen yang bisa mendorong rupiah sehingga pelaku pasar menanti perilisan data inflasi dan neraca perdagangan pekan depan. "Tekanan justru muncul dari melonjaknya kebutuhan dolar di dalam negeri yang dipicu oleh permintaan korporasi menjelang akhir bulan," ujar Reny.
PDAT | M. AZHAR
Berita Terkait
Sentimen Global Untungkan Dolar
Dolar Berlimpah, Rupiah Menguat
Gubenur BI: Pemerintah Baru Bisa Naikkan Harga BBM