TEMPO.CO, Bakhchysaray - Etnis muslim Tatar menggelar kongres untuk membentuk pemerintah otonom khusus di Crimea, Sabtu, 29 Maret 2014. Etnis Tatar saat ini berjumlah sekitar 300 ribu orang dan tinggal di wilayah Crimea yang kini tergabung dalam Federasi Rusia setelah merdeka dari Ukraina.
Sekitar 200 suku Tatar berkumpul di Kota Bakhchysaray untuk menggelar kongres (Qurultai). sejumlah pejabat Rusia dan pemimpin agama seperti Ulama Besar Ravil Gainutdin yang juga beretnis Tatar dan Refat Chubarov, pemimpin majelis Tatar Crimea, juga hadir. (Baca:PBB Anggap Referendum di Crimea Ilegal )
Gainutdin meminta peserta kongres memberikan suara atas perumusan draf resolusi yang berisi prosedur politik dan hukum nasional serta otonomi wilayah Tatar di Crimea berdasarkan sejarah kehadiran etnis itu di Crimea. "Ini tanah Crimea, tanah air suku Tatar Crimea," kata Gainutdin.
Chubarov mengatakan saat ini adalah momen dalam hidup setiap orang Tatar untuk membuat pilihan guna menentukan masa depannya. Refat memimpin delagasi kongres Tatar untuk merancang draf resolusi tentang penentuan pemerintahan sendiri dengan pembentukan otonomi khusus di Crimea. (Baca:Ukraina Tarik Pasukannya dari Crimea)
Ulama Besar Emirali Ablayev mengatakan etnis Tatar kembali ke ibu pertiwi setelah bertahun-tahun dideportasi. Namun dia menegaskan etnis Tatar tidak akan pergi dari Crimea meski situasinya saat ini begitu berat.
Populasi etnis Tatar mencapai 12 persen dari seluruh populasi Crimea. Etnis Tatar secara tegas menolak dan memboikot referendum Crimea pada 16 Maret lalu. Dalam referendum itu, sekitar 96 persen rakyat Crimea setuju lepas dari Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia. (Baca: Rusia Perkuat Cengkeraman Militer di Crimea)
Etnis Tatar menderita di masa Uni Soviet dipimpin oleh Joseph Stalin. Etnis ini dipaksa meninggalkan wilayah Uni Soviet menuju Asia Tengah pada masa Perang Dunia II. Banyak warga Tatar yang tewas saat itu. Mereka tidak diizinkan kembali ke Crimea hingga akhir tahun 1980-an.
NATION | INTERFAX | MARIA RITA HASUGIAN