TEMPO.CO, Situbondo - Pengurus Majelis Ulama Maroko, Younes Sibari, mengatakan, krisis multidimensi yang menimpa negara-negara Islam di Timur Tengah muncul karena intervensi Barat. Untuk membendung intervensi itu, kata dia, negara-negara Islam tak boleh lagi bergantung kepada Barat. "Harus ada kemandirian baik politik, ekonomi, sosial dan budaya," kata Younes kepada Tempo, Ahad sore, 30 Maret 2014.
Younes menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Internasional Ulama dan Cendekiawan Muslim yang dihelat di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Konferensi tersebut untuk membicangkan isu yang terjadi di negera-negara Islam seperti Suriah, Mesir, Lebanon, Tunisia dan Irak. (Baca: Arab Spring Telan 'Biaya' US$ 800 Miliar)
Intervensi Barat, kata Younes, menjadi tantangan serius dalam kemajuan negara-negara Islam karena menyebabkan instabilitas dalam negeri. Imam Masjid Indonesia di Maroko itu, mengatakan, bahwa konflik di Mesir dan Suriah harus menjadi pelajaran penting bagi umat Islam di dunia. (Baca: Mesir Hukum Mati 529 Pendukung Ikhwanul Muslimin)
Konflik dua negara itu, bukan hanya menunjukkan adanya intervensi Barat, melainkan juga terkait dengan semangat reformasi yang terjadi tiba-tiba. Padahal sudah nyata, reformasi yang instan hanya akan menyebabkan bencana. Idealnya, setiap perubahan dalam kekuasaan tetap harus melibatkan seluruh elemen masyarakat baik penguasa, legislator maupun kelompok-kelompok Islam. (Baca: Sidang Mursi Ditunda hingga 1 Februari)
Younes yang juga pengajar di Universitas Ibnu Thufail, Kenitra, Maroko, menyoroti lemahnya Liga Arab yang belum menjadi representasi negara-negara Islam di Timur Tengah. Seharusnya Liga Arab bisa menjadi institusi yang menyebarkan keadilan dan kedamaian bagi Umat Islam. "Liga Arab saat ini hanya pantulan dari ketertinggalan negara-negara Arab sendiri," kata dia.
IKA NINGTYAS