TEMPO.CO, Bengkulu - Sebanyak 13 ribu relawan pemantau pengawas pemilu di Provinsi Bengkulu siap perang melawan money politic hingga kecurangan bentuk lain pada pemilu legislatif 2014 di Provinsi Bengkulu.
"Yang menjadi sasaran kita adalah calon legislatif yang nakal atau curang dalam mendapatkan suara," kata Junaido mahasiswa Universitas Hazairin, ketika ditemui saat menghadiri Gebyar Gerakan Sejuta Pemantau Pengawasan Pemilu di Bengkulu, Selasa, 1 April 2014.
Menurut dia, transaksi suara merupakan musuh besar pelaksanaan pemilu mendatang. "Kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil pemilu yang jujur dan adil," kata relawan yang mengaku tak mendapatkan honor ini.
Ketua Bawaslu Provinsi Bengkulu Parsadaan Harahap mengatakan, sebanyak 13 ribu orang relawan yang terdaftar di Bawaslu dan tersebar di 10 kabupaten dan kota. "Kita berharap relawan ini dapat memberi tekanan psikologis terhadap caleg yang berniat curang," kata dia.
Untuk tingkat provinsi, sebanyak 530 orang relawan siap mengawasi pemilu legislatif. Mereka berasal dari kalangan mahasiswa, sedangkan tingkat kota dan kabupaten dari kalangan pelajar. "Pelajar yang direkrut harus sudah memenuhi usia sebagai pemilih yakni 17 tahun karena itu menjadi syarat," ucap Parsadan.
Menurut dia, para relawan ini hanya diberi biaya operasional untuk melaksanakan kegiatannya. Mereka dibekali tanda pengenal, dan buku panduan tentang bentuk pelaporan jika menemukan adanya indikasi pelanggaran. "Ribuan relawan ini akan mendukung pemilu berkualitas yang menjadi tujuan pemilu 2014," katanya.