TEMPO.CO, Jakarta - Mau memiliki wajah berisi dan buah dada yang terlihat lebih besar? Jika itu yang diinginkan, Anda bisa mendapatkannya dengan operasi bedah transfer lemak atau fat transfer. Cara ini diyakini jauh lebih aman dibandingkan melakukan operasi implan silikon.
Dokter spesialis bedah plastik, dr Hendri Andreas Sp BP, mengatakan di Indonesia operasi fat transfer masih belum populer. Padahal dengan operasi ini, kata dia, pasien tidak terlalu merasakan nyeri dalam jangka waktu lama maupun hadirnya bekas luka yang kerap mengganggu penampilan.
"Operasi fat transfer ini aman karena menggunakan bagian lemak tubuh sendiri. Bekas lukanya kecil sekali, hanya berupa titik bekas suntikan. Kalau implan silikon payudara bisa meninggalkan bekas luka sampai 4-5 sentimeter," kata dr Hendri, Selasa, 1 April 2014.
Untuk teknik fat transfer ini, dr Hendri menjelaskan, lemak yang digunakan berasal dari lemak yang terdapat di bawah kulit, bukan dari lemak di dalam darah. Hasil simposium fat transfer yang baru saja diikutinya di Taiwan, ia mengatakan, pengambilan lemak bisa dari bagian paha maupun pinggang. Lemak-lemak tersebut selanjutnya dipindahkan ke bagian wajah dan dada.
Untuk pengambilan lemak dari bagian paha maupun pinggang, Hendri mengatakan, dapat dilakukan dalam beberapa proses. Di antaranya dengan melakukan proses pemutaran lemak, pembilasan dengan cairan, atau membiarkannya hingga tersisa endapan lemak. Setelah proses tersebut, kata dia, barulah lemak dipindahkan ke bagian wajah atau dada dengan cara disuntik. "Inilah yang membuat bekas lukanya menjadi nyaris tidak terlihat," kata dokter spesialis bedah plastik jebolan Universitas Indonesia (UI) ini.
Mengenai kuantitas pemindahan lemak, dr Hendri mengatakan, untuk bagian wajah biasanya maksimal mencapai 50 cc buat kedua pipi. Lalu pada buah dada, kata dia, biasanya mencapai 200 cc. Namun semua itu bergantung pada kebutuhan yang diselaraskan dengan penampilan. "Tentunya tak bisa terlalu banyak," katanya.
Perbedaan antara fat transfer dan implan silikon, kata dr Hendri, terletak pada proses penyusutan. Lemak hasil proses fat transfer biasanya mengalami penyusutan. Tak heran, kata dia, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, biasanya pasien dapat melakukan operasi fat transfer ini mencapai 2-3 kali tindakan.
Operasi tambahan ini, kata dr Hendri, biasanya dilakukan enam bulan setelah operasi pertama. Operasi ini perlu dilakukan karena lemak yang dipindah itu belum mampu bertahan hingga 100 persen. Di Italia, kata dia, sekarang ini diklaim bahwa dokter bedah di Negara Piza itu sudah bisa membuat tingkat hidup lemak yang dipindahkan mencapai 70 persen. "Nah, sekarang ini yang masih dilakukan riset adalah bagaimana membuat lemak yang dipindahkan itu bisa hidup sampai 100 persen. Tapi, setelah proses fat transfer mencapai bentuk yang diinginkan, biasanya lemak itu bisa bertahan hingga 10-15 tahun di dalam tubuh pasiennya."
Kata dr Hendri, pasien yang melakukan fat transfer biasanya tidak terlalu lama melakukan recovery. Setelah operasi, kata dia, pasien sudah bisa beraktivitas. Namun, selama jangka waktu dua pekan, ia menyarankan agar pasien jangan langsung melakukan aktivitas yang terlalu berlebihan. "Misalnya untuk membilas wajah, cukup pelan-pelan saja. Soalnya lemak yang dipindahkan itu masih membutuhkan nutrisi untuk bisa bertahan hidup."
Menurut laman Baaps.org, fat transfer telah ada sejak 100 tahun lalu dan kombinasi dengan lemak itu telah digunakan sejak 20 tahun lalu. Salah satu selebritas yang melakukan fat transfer adalah Kim Kardashian, yang dilakukan pada bokongnya.
ALIA
Terpopuler:
MH370 Terkuak Jika Kotak Hitam Tersambung Satelit
Ahok Curhat Soal Jokowi yang Fokus Berkampanye
Agnes Monica Kalahkan Miley Cyrus di MTV
Jokowi Batal ke Trenggalek, Kader PDIP Ngamuk