TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan otak anak menjadi hal paling menentukan dalam tumbuh-kembang anak di awal kehidupan. Enam tahun pertama kehidupan menjadi periode menentukan keberhasilan tumbuh-kembang jangka panjang seorang anak.
Menurut Dr Ahmad Suryawan, drSpA(K),usia 0 hingga 6 tahun menjadi periode kritis (golden moment) bagi perkembangan otak anak. Anak usia 2 tahun sudah memiliki 80 persen otak orang dewasa, usia 2 hingga 6 tahun memiliki 95 persen otak orang dewasa." Untuk pertumbuhan otak optimal, orang tua memulainya dengan menjaga saluran cerna anak," kata dr Wawan dalam peluncuran modul pendidikan Happy Tummy Council versi kedua di Ruang Legian, Hotel Gran Melia, 3 April 2014.
Pakar gizi medik, Dr Saptawati Bardosono dr Msc dari fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan air susu ibu mendukung pembentukan mikroflora sehat pada saluran cerna. "ASI yang alami mengandung komponen mendukung daya tahan tubuh, seperti antibodi, sel imun, serat pangan, dan probiotik seperti lactobacillus reuteri yang mendukung kesehatan
saluran cerna," kata dia.
Lactobacillus reuteri ini dapat mengurangi gangguan pencernaan seperti kembung, kolik, konstipasi, dan diare. Wawan mengatakan saluran pencernaan yang sehat mempengaruhi kerja otak. Sebaliknya, otak juga mengirim sinyal ke saluran pencernaan.
"Komunikasi dua arah antara otak dan saluran cerna disebut gut brain axis," kata dia. Saluran pencernaan ini tidak hanya berfungsi untuk menampung nutrisi, namun juga mampu mempengaruhi sinyal di otak melalui mikrobiota usus. (Baca: Cokelat Membantu Mikroba Baik dalam Pencernaan)
"Bila anak mengalami kekerasan atau abuse atau dibentak maka akan mengurangi sistem kerja kemihnya juga," kata Wawan. Hal ini berhubungan dengan syaraf vagus yang merupakan syaraf kesepuluh dari 13 syaraf bekerja, yang menguasai otak, jantung, paru-paru, pencernaan, dan kemih. "Syaraf ini unik, bisa siklus ke atas dan ke bawah," kata dia.
Menurut Rini Hildayani, MSi, psikolog anak dan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, stres atau tekanan terhadap anak dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan. "Anak membutuhkan suasana menyenangkan saat makan," kata dia.
"Jika kegiatan makan dilakukan penuh tekanan, ia bisa mengalami stres dan mempengaruhi pola makan dan mengganggu fungsi pencernaannya," kata Rini. Sebanyak 80 persen sel-sel daya tahan tubuh berada di sel pencernaan manusia. Jadi, otak dan pencernaan berhubungan langsung.
Happy Tummy Council merupakan sebuah dewan yang terdiri atas lima pakar kesehatan, di antaranya Prof Dr M. Juffrie, drSp.A(K). PhD, Prof Dr Soebijanto Marto Sudarmo drSpA(K), Dr Ahmad Suryawan, drSpA(K), Dr Saptawati Bardosono dr MSc, dan Rini Hildayani, MSi.
Pada 2013, Happy Tummy mengeluarkan modul pendidikan versi pertama untuk para bidan dan tenaga kesehatan tentang kesehatan saluran pencernaan yang selama 2013 disampaikan kepada 20 ribu bidan di seluruh Indonesia.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Penggunaan Alat Handsfree Tetap Berbahaya bagi Pengemudi
Anak Populer Bisa Jadi Target Bullying
Indonesia Dinilai Berperan Besar Menjaga Kesehatan
Buah dan Sayuran Dapat Kurangi Risiko Kematian