TEMPO.CO, Semarang - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah keluhkan sistem handling dan layanan di terminal kargo Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang lambat.
Pengelolaan yang semula dilayani PT Gapura Angkasa ke PT Angkasa Pura Logistik sejak 1 April lalu merugikan pengusaha. “Prosesnya sangat lambat karena infrastruktur pendukung dan SDM-nya kurang,” kata Ketua Asperindo Jawa Tengah Tony Winarno, Minggu, 6 April 2014.
Selama ini layanan logistik di Bandara Ahmad Yani hanya mengunakan satu komputer data barang untuk dua warehousing atau gudang Ekspedisi Muatan Pesawat Udara. Sedangkan tenaga manusianya juga sedikit. “Artinya pengelola tak mempersiapkan pengalihan pengelolaan,” kata Tony.
Dia menghitung, terlambatnya layanan itu menyebabkan kerugian Rp 3 juta sehari. Sebab, denda yang ditetapkan mencapai Rp 10 ribu per jam, dengan jumlah kurir 100 orang setiap perusahaan. “Kerugian itu tergolong tinggi. Itu baru satu perusahaan dari 32 anggota perusahaan yang tergabung di Asperindo Jateng,” kata Tony.
Manajer Hubungan Masyarakat PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani Semarang Anom Fitranggoro menyatakan layanan itu tanggung jawab PT Angkasa Pura Logistik. Sedangkan PT Angkasa Pura I, sebagai induk perusahaan, hanya memfasilitasi pemindahan pengelolaan. “Kami hanya memfasilitasi proses pengalihan pengelolaan,” kata Anom.
Pemindahan itu, kata dia, baru dilakukan di Bandara Ahmad Yani per 1 April 2014. Sedangkan PT Gapura Angkasa melakukan banyak layanan di luar logistik. Meski begitu, Anom menilai keluhan pengusaha itu menjadi catatannya untuk menyempurnakan layanan di Bandara Ahmad Yani. “Masih perlu penataan,” katanya.
EDI FAISOL