TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Pol Tracking Institue, Hanta Yudha, mengatakan klaim calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, bahwa bebasnya Wilfrida Soik dari hukuman mati di Malaysia atas andilnya akan mempengaruhi elektoralnya pada pemilu bila diberitakan secara masif. Alasannya, berita yang masif biasanya menjadi referensi bagi publik.
"Prabowo jeli memanfaatkan ini sebagai pencitraan politik," kata Hanta ketika dihubungi, Senin, 7 April 2014. Namun Hanta tak bisa memprediksi besar atau kecil efeknya terhadap elektabilitas Prabowo dan partai.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali, mengatakan dampak bagi Prabowo hanya untuk orang yang sudah mulai bersimpati kepada Ketua Dewan Pembina Gerindra itu saja. Kalau orang biasa, kata Effendi, menganggap Migrant Care yang paling berjasa membebaskan Wilfrida.
"Kalau orang yang kritis justru akan menyerang Prabowo karena terlihat seperti pencitraan," ujar Effendi. Sebab, orang sudah tahu bahwa bantuan dan kepedulian Prabowo dilakukan belakangan. Masyarakat baru akan percaya pada Prabowo bila sampai lima tahun ke depan dia tetap membantu buruh migran.
Wilfrida dituduh membunuh majikannya pada 7 Desember 2010. Buruh migran itu bekerja pada Yeoh Meng Tatt untuk menjaga orang tuanya, Yeap Seok Pen, 60 tahun, yang mengidap penyakit parkinson. Dalam pengakuannya, Wilfrida merasa jengkel karena sering dimarahi dan diperlakukan secara kasar oleh majikan.
Baca Juga:
Ia kemudian ditahan di Penjara Pangkalan Chepa, Kota Bharu, Kelantan, sebagai tersangka dan dituntut berdasarkan Pasal 302 Kanun Keseksaan (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Malaysia) dengan ancaman hukuman mati.
Pengadilan akhirnya memutuskan untuk membebaskan Wilfrida. "Alhamdulillah, Wilfrida sudah bebas. Terima kasih atas dukungan doa seluruh rakyat Indonesia, karena tanpa dukungan doa dari seluruh rakyat mustahil hal ini terjadi," kata Prabowo.
SUNDARI