TEMPO.CO, Jakarta - Analis sektor keuangan Reza Priyambada memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berada di atas level resisten Rp 11.305. Menurut dia, rupiah akan bertengger di interval Rp 11.296-11.264 atau sama dengan kurs tengah Bank Indonesia.
Menurut Reza, beberapa sentimen yang memperkuat rupiah adalah dipertahankannya suku bunga BI rate serta penurunan data tenaga kerja Amerika Serikat dari non-farm payrolls hingga manufacturing payrolls. "Indeks Harga Saham Gabungan yang diperkirakan mampu melewati sejumlah sentimen negatif hari ini ikut mendongkrak nilai tukar rupiah," kata Reza dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 April 2014. (Baca : Indeks Saham Wall Street Merosot)
Reza mengatakan pelaku pasar uang memperkirakan penahanan BI rate di level 7,5 persen akan ikut menumbuhkan perekonomian Indonesia yang sempat melambat sebelumnya. Di sisi lain, menguatnya euro dan yen setelah memanfaatkan melemahnya dolar Amerika ikut mendorong penguatan rupiah. (Baca juga: Pemerintah Waspadai Efek Negatif Ekonomi Tiongkok).
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan laju penguatan rupiah ditopang sentimen positif pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Indikator beberapa hasil survei yang menyebut kemenangan pemilu akan diraih partai politik tertentu mengurangi kecemasan pelaku pasar terhadap kondisi kestabilan politik seusai pemilu. “Laju rupiah juga didukung keyakinan pelaku pasar terhadap pelaksanaan pemilu yang akan berjalan sesuai dengan harapan,” ujar Rangga.
Rangga memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar bergerak dalam kisaran 11.290-11.350 per dolar. (Baca : Rupiah Menguat Dipacu Pemilu).
AYU PRIMA SANDI | MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Anas 'Tabuh Genderang Perang' Lawan SBY
4 Spekulasi Jejak MH370 Tak Terpantau Radar TNI
Cara Jokowi Jelaskan Kasus Busway Karatan