TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior dari Indikator Politik Indonesia, Kuskrido Ambardi, mengatakan banyak suara Demokrat dalam Pemilu 2009 yang beralih ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gerindra dalam Pemilu 2014. Suara Demokrat terlihat paling banyak disedot karena penurunannya dalam Pemilu 2014 sangat tajam.
"Yang paling kelihatan disedot itu Demokrat karena hilangnya sampai 10 persen," kata Kuskrido saat dihubungi Tempo, Rabu, 9 April 2014.
Selain disedot oleh PDIP dan Gerindra, kata Kuskrido, suara Demokrat juga banyak digerus oleh Golkar. Beralihnya suara Demokrat ke Golkar itu disebut Kuskrido terutama terjadi di wilayah Jawa Barat. "Agak spekulatif karena data kami secara nasional. Tapi di Jawa Barat suara Demokrat turun. Sedangkan suara Golkar kembali lagi," katanya.
Berdasarkan hitung cepat Indikator Politik Indonesia yang bekerja sama dengan Metro TV, PDIP meraup 19,04 persen suara, disusul Golkar (14,56 persen), Gerindra (12,24 persen), Demokrat (9,81 persen), PKB (8,94 persen), PAN (7,34 persen), NasDem (6,91 persen), PKS (6,9 persen), PPP (6,37 persen), Hanura (5,46 persen), PBB (1,52 persen), dan PKPI (0,91 persen). Data suara yang sudah masuk dari total sampel 2.000 TPS baru mencapai 88,65 persen.
Menurut Kuskrido, tak terjadi lompatan blok dalam peralihan suara itu. Sebab, kata Kuskrido, peralihan hanya terjadi pada suara pemilih nasionalis ke nasionalis dan pemilih Islam ke Islam.
Misalnya, kata Kuskrido, tak hanya Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera juga mengalami penurunan suara. Namun suara PKS tak beralih ke PDIP, Gerindra, ataupun Golkar. Suara PKS dalam Pemilu 2009 justru banyak berpindah ke Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional.
Pada Pemilu 2009, Demokrat menjadi pemenang dengan perolehan suara mencapai 20,85 persen. Sedangkan PKS berada di peringkat keempat dengan suara 7,88 persen. Adapun pada Pemilu 2014, berdasarkan hasil hitung cepat sementara, perolehan suara PDIP dan Gerindra meningkat drastis.
KHAIRUL ANAM