TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum menyadari tingginya potensi kecurangan yang dilakukan penyelenggara pemilu, khususnya tingkat lokal. Anggota KPU, Hadar Nafis Gumay, mengatakan titik paling rawan pemungutan suara adalah saat penyalinan jumlah suara dari formulir C1 plano ke formulir C1 folio.
Untuk itu, mereka menyiapkan strategi mengurangi potensi kecurangan. Pertama, KPU memberikan hologram pada formulir C1 plano dan C1 folio. Hadar mengakui potensi kecurangan terbesar terjadi saat pemindahan data dari C1 plano ke C1 folio. (Baca: Surat Terbuka SBY Jelang Pencoblosan).
Untuk itu, penyalinan data dilakukan petugas KPU di tempat, lantas mereka harus meneken formulir tersebut. Setelah selesai disalin, formulir C1 plano diberi hologram dan dimasukkan ke kotak.
Kedua, proses penghitungan dilakukan dimulai kotak suara DPR RI, DPD, DPRD provinsi, hingga DPRD kabupaten/kota. (Baca pula: 4 Maklumat Jokowi Jelang Hari Pencoblosan).
Cara ketiga, memberi pengawalan pada petugas PPS dan PPK beserta sekretarisnya. Jumlah anggota PPS ada lima dan tiga anggota PPK, beserta sekretarisnya masing-masing dua. "Mengenai bentuk pengawalannya seperti apa, itu kewenangan polisi. Yang pasti mereka harus menjamin petugas merasa aman," ujar kata Ketua KPU Husni Kamil Manik.
TIKA PRIMANDARI
Berita Terpopuler
Kata Jokowi Soal Aliran Duit Busway Karatan ke Anaknya
Maksud Prabowo Sebut Pemimpin Jakarta Penipu
Ada Jokowi, Media Asing: Pemimpin Tua Beristirahat