TEMPO.CO, Jakarta - Praktek politik uang di Bandar Lampung terjadi secara terang-terangan. Para anggota tim sukses partai politik langsung mendatangi rumah-rumah warga setempat dengan membawa formulir, kartu nama para calon legislator, dan uang.
Rere, 30 tahun, warga Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, mengatakan praktek politik uang ini mulai marak terjadi di lingkungan tempat tinggalnya sehari sebelum pencoblosan. “Kemarin rumah saya dua kali diketuk tim sukses yang mau kasih uang,” kata perempuan satu anak ini kepada Tempo, Rabu, 9 April 2014.
Menurut Rere, tim sukses yang mendatangi rumahnya berasal dari PDI Perjuangan. “Dia datang bawa formulir dan meminta keluarga saya buat milih caleg tertentu.” Tim sukses itu mengiming-imingi masyarakat uang Rp 40 ribu yang disimpan di dalam amplop bersama kartu nama caleg tertentu.
“Lucunya, dia bilang, harusnya jumlah uangnya Rp 50 ribu, tapi Rp 10 ribu dipotong oleh koordinator tim sukses partainya.” Masyarakat yang mau menerima duit itu kemudian dicatat namanya dan dimintai tanda tangan. (Baca:Pemilu Legislatif dan Pilgub Berbarengan di Lampung)
Keluarga Rere berbeda sikap tentang politik uang ini. Ayah Rere, yang sudah punya partai pilihan, enggan mengambil uang itu. “Tapi ibu saya ambil, walau dia bilang belum tentu akan memilih si caleg,” ujarnya. Dia sendiri tidak mengambil karena memang tidak punya hak suara di Bandar Lampung.
“KTP saya masih Jakarta, belum sempat mengurus surat-surat buat nyoblos.” Namun dia menyatakan praktek politik uang itu tidak sesuai dengan hati nuraninya. Rere menolak diarahkan untuk memilih caleg tertentu, apalagi dengan iming-iming uang. (Baca:Bawaslu Akan Periksa SBY Ihwal Kampanye Lampung)
Tidak hanya tim sukses PDI Perjuangan yang mendatangi kediaman Rere. Seorang tim sukses dari partai politik lain juga mendatangi rumahnya dengan modus yang sama. “Sama-sama nawarin uang, besarnya Rp 50 ribu.” Rere tidak bisa memastikan asal tim sukses partai lain ini. “Saya lagi enggak di rumah. Keluarga yang cerita, ya, sama-sama juga nawarin uang.” Namun, menurut dia, tim-tim sukses tersebut tidak sampai memaksa masyarakat, dan tidak sedikit masyarakat yang menolak pemberian uang itu.
Ihwal praktek politik uang menjelang pemilu ini, Rere juga punya pengalaman lain. Dia pernah mendapatkan e-mail dari sebuah organisasi yang mengaku tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun. “Tapi isi e-mail-nya ajakan buat menjelek-jelekkan calon presiden tertentu di Twitter. Kayaknya sih emang ada hubungannya sama partai politik lain.”
Dia menolak tawaran ini walau honor yang ditawarkan cukup besar. “Ah, daripada saya enggak nyaman, mendingan enggak usah nerima uang kayak gitu,” ujarnya. (Baca: Jokowi: Suara PDIP Belum Aman di Lampung)
PRAGA UTAMA
Terpopuler:
Agnes Monica Pilih Deddy Corbuzier daripada Daniel
Bima Arya Dikira Caleg yang Sedang Kukurusukan
Ical: Tak Ada Ganti Rugi di Lapindo