TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan kereta api Malabar di Desa Mekarsari, Tasikmalaya, 4 April lalu terjadi akibat longsornya tanah penopang rel. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adrin Tohari, mengatakan faktor utama terjadinya kelongsoran lereng di jalur kereta api adalah sistem drainase permukaan dan bawah tanah yang tidak memadai. Akibatnya, air yang menumpuk di bawah tanah membuat posisi rel labil.
Sistem drainase air permukaan dan bawah tanah berfungsi mengurangi tingkat kejenuhan tanah saat musim hujan. Ketika sistem drainase di sisi dan bawah jalan kereta api tidak berfungsi, tanah akan menjadi jenuh karena terlalu banyak diisi air. Saat berada dalam kondisi jenuh, kekuatan tanah akan berkurang sehingga kestabilan lereng menurun dan memicu terjadinya tanah longsor.
Adrin, yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI ,mengatakan secara alami air bergerak ke tempat yang lebih rendah. Pada kasus tanah longsor di Tasikmalaya, rel kereta berada di lembah yang menjadi tempat berkumpulnya air.
"Karena kondisi lembah itu cekungan, butuh timbunan tanah untuk membuat rel tetap rata. Tapi karena tanahnya jenuh akibat banyak air, kekuatannya berkurang dan longsor," kata Adrin dalam diskusi di LIPI, Kamis, 10 April 2014.
Dalam lima tahun terakhir, lebih dari tiga peristiwa tanah longsor terjadi pada jalur kereta yang melintasi Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. "Kebanyakan ambles karena lereng di bawahnya runtuh, sampai ada rel yang menggantung karena tanahnya terkikis dan hal ini sangat berbahaya," kata Adrin.
Menurut Adrin, struktur tanah yang dilintasi rel kereta di Garut, Purwakarta, dan Tasikmalaya memang rentan. Longsor umumnya terjadi pada daerah lereng timbunan yang dibangun dengan menggunakan material tanah vulkanis yang dipadatkan. Material ini umum terdapat di Pulau Jawa, yang memiliki banyak gunung api aktif.
"Dalam geologi, batuan dan tanah vulkanis itu umurnya masih muda dan rentan, banyaknya rekahan di batuan membuat mereka menjadi bidang yang lemah sehingga saat terisi air bisa memicu longsor," kata Adrin.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan kondisi tanah di daerah Jawa Barat memang ekstrem. Kondisi tanah yang jenuh oleh air membuat jalur kereta rawan longsor. "Ada juga kecenderungan pergerakan tanah, Jawa Barat itu labil karena ada di wilayah patahan," katanya.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Lain:
Target PDIP Tak Tercapai, Puan Disorot
Ahok Bertemu ICW Bahas Penyimpangan Kartu Pintar
Rumah Calon Legislator Dilempari Bom Molotov
Tak Kenal Caleg, Warga Pilih Artis dan Kiai