Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Senat AS: Jangan CIA yang Edit Laporan Penyiksaan  

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Presiden Barack Obama berpidato berbicara tentang Ukraina di dalam ruang rapat dan pertemuan di gedung putih, Washington (17/3). Presiden memberlakukan sanksi terhadap para pejabat Rusia, Obama menyayangkan sikap para birokrat dan pejabat rusia yang mendukung jajak pendapat crimea untuk bersatu dengan rusia. (AP/Evan Vucci)
Presiden Barack Obama berpidato berbicara tentang Ukraina di dalam ruang rapat dan pertemuan di gedung putih, Washington (17/3). Presiden memberlakukan sanksi terhadap para pejabat Rusia, Obama menyayangkan sikap para birokrat dan pejabat rusia yang mendukung jajak pendapat crimea untuk bersatu dengan rusia. (AP/Evan Vucci)
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Kepala Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein menyerukan kepada Presiden Barack Obama untuk mempertimbangkan kembali keputusan pemerintahnya yang menugaskan Central Intelligence Agency (CIA) untuk mengedit laporan soal program interogasi dan penahanan tersangka terorisme oleh badan intelijen Amerika Serikat itu, sebelum dapat dipublikasikan.

Dalam sebuah surat kepada Obama, Senator Feinstein mengatakan bahwa Gedung Putih yang harus memimpin proses deklasifikasi--menyatakan sebuah laporan tidak lagi bersifat rahasia--atas laporan yang berisi praktek interogasi secara keras dan penyiksaan terhadap tahanan teroris pasca-serangan 11 September 2001.

Komite Intelijen Senat, Kamis, 3 April 2014, setuju mendeklasifikasi ringkasan eksekutif setebal 420 halaman. Ringkasan itu merupakan bagian dari laporan setebal 6.300 halaman soal program rahasia CIA tersebut.

Obama mendukung keputusan Komite Intelijen itu, tapi Gedung Putih menyatakan CIA yang akan memimpin pengeditan atas informasi dalam laporan itu sebelum dibuka kepada publik. Pengeditan itu dilakukan untuk memastikan bahwa informasi yang dibuka tak membahayakan keamanan nasional AS.

"Saya meminta Anda mendeklasifikasi dokumen-dokumen ini, dan Anda lakukan secepatnya dengan penyuntingan minimal," kata Feinstein dalam surat tertanggal 7 April 2014. "Saya dengan hormat meminta Gedung Putih memimpin proses deklasifikasi."

Feinstein dan senator lainnya menyebut CIA memiliki konflik kepentingan terkait dengan laporan itu.

Laporan ini menyimpulkan bahwa praktek penyiksaan CIA terhadap tersangka terorisme hanya menghasilkan sedikit bahan intelijen yang berharga. CIA mempersoalkan hasil temuan tersebut. Komite Intelijen dan CIA saling menuding melakukan kesalahan yang berhubungan dengan produksi laporan tersebut. CIA menuding penyelidik Komite Senat melihat dokumen yang seharusnya tak boleh diakses, sedangkan Komite Intelijen menuding CIA menggeledah komputer yang digunakan penyelidiknya. Keduanya meminta Departemen Kehakiman untuk menyelidiki klaim tersebut.

Surat Feinstein kepada Obama itu disertai salinan ringkasan eksekutif yang kini masih dikategorikan rahasia. "Ini adalah laporan paling komprehensif soal program penahanan dan interogasi CIA, dan saya menganggap itu harus dilihat pemerintah AS sebagai laporan paling sah soal tindakan CIA," kata Feinstein dalam surat itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jaksa Agung Eric Holder, Selasa, 8 April 2014, juga memberikan dukungan untuk membagi laporan itu kepada pejabat lainnya. "Sebanyak mungkin laporan itu harus diketahui publik," katanya. Dibukanya laporan itu akan membantu memastikan "tidak ada pemerintahan yang bermaksud melaksanakan program seperti itu pada masa mendatang."

Laporan ini awalnya disusun secara eksklusif oleh staf Demokrat di Senat. Namun temuannya akhirnya disetujui oleh Senat, Desember 2012. Laporan itu menyimpulkan antara lain bahwa waterboarding dan "teknik interogasi yang ditingkatkan" lainnya tidak memberikan bukti kunci dalam perburuan pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, dan CIA dianggap menyesatkan Presiden George W. Bush dan Kongres tentang keberhasilan program ini.

Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas permintaan Feinstein itu.

Pekan lalu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Caitlin Hayden, mengulangi keinginan Obama untuk membuka laporan itu guna membantu warga Amerika memahami apa yang terjadi dan memastikan negara ini tak mengulangi kesalahan serupa. Dia mencatat bahwa Obama melarang praktek interogasi seperti itu ketika dirinya mulai bertugas di Gedung Putih, 2009 lalu.

Namun Hayden mengatakan CIA--berkonsultasi dengan lembaga-lembaga lain--akan melakukan kajian atas deklasifikasi itu. "Presiden secara jelas ingin proses ini selesai secepat mungkin, konsisten dengan masalah keamanan nasional, dan itulah yang akan kami lakukan," katanya.

WASHINGTON POST | ABDUL MANAN

Berita Lainnya
Pemilu Indonesia di Mata Dunia  
Alaska Tuntut Bergabung dengan Rusia
Peti Mati Zaman Firaun Ditemukan di Israel
Rusia Akhiri Kerja Sama Siaran dengan VOA
Zona Pencarian MH370 Dipersempit  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran