TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior Indikator Politik Indonesia Kuskrido Ambardi mengatakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengalami perluasan basis pemilih dalam pemilu legislatif 9 April 2014. Berdasarkan exit polling Indikator Politik, PDIP paling banyak memperoleh suara dari pemilih berpendidikan, kalangan perkotaan, dan berpendapatan menengah ke atas.
"Jika golongan pemilih lulusan SMA kami golongkan ke kalangan berpendidikan, maka PDIP sudah merambah jadi partai kelas menengah," kata Kuskrido saat memaparkan hasil exit polling lembaganya di Restoran Ninety-nine, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu, 9 April 2014. (Baca: Hitung Cepat CSIS & Cyrus Tetap Unggulkan PDIP)
Berdasarkan hasil exit polling Indikator, kata Kuskrido, 19 persen lulusan SLTA memilih PDIP. Adapun Golkar, Gerindra, dan Demokrat masing-masing 12 persen, 9 persen, dan 8 persen. (Baca: PDIP Unggul Berdasarkan Exit Poll).
Pemilih yang berpendapatan Rp 2 juta ke atas juga paling banyak memilih PDIP dengan angka 16 persen, mengungguli Golkar 13 persen, Gerindra 9 persen, dan Demokrat 8 persen.
Adapun untuk pemilih perkotaan, PDIP juga paling banyak dipilih oleh pemilih perkotaan dengan angka 17 persen, disusul Golkar 12 persen, Gerindra 8 persen, dan Demokrat 6 persen. "PDIP mengalami perluasan basis pemilih," katanya.
Kuskrido mengakui sejak lama PDIP memang diasosikan sebagai partainya wong cilik. Namun, asosiasi itu perlahan beralih setelah muncul sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. "Terutama untuk pemilih berdasarkan pendapatan. Ini sebenarnya mirip dengan profil pemilih Jokowi saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta," katanya.
Dalam exit polling Indikator Politik Indonesia, PDIP meraup suara tertinggi dengan perolehan 14,6 persen, disusul Golkar 11,5 persen, Gerindra 9,4 persen, dan Demokrat 7,5 persen. Berturut-turut kemudian Partai Kebangkitan Bangsa 6,2 persen, Partai Amanat Nasional 5,8 persen, Partai Persatuan Pembangunan 5,5 persen, Partai Keadilan Sejahtera 5,1 persen, Nasdem 4,9 persen, dan Hanura 4,7 persen. Partai Bulan Bintang 1,2 persen dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia 0,7 persen sehingga diprediksi tak lolos parlemen.
Kuskrido menegaskan hasil exit polling hanya sebagai gambaran hasil pemilu dan tak lebih reliable dari quick count yang sampelnya diambil berdasarkan penghitungan suara di TPS-TPS.
Jumlah sampel exit polling 2.000 orang dengan margin of error plus minus 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dari 2.000 responden itu, hanya 1.416 responden yang mau diwawancarai. Exit polling merupakan survei yang dilakukan terhadap responden segera setelah mereka keluar dari tempat pemungutan suara.
KHAIRUL ANAM
Berita Terpopuler: