TEMPO.CO, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Al Amien Ngasinan Kediri Kiai Anwar Iskandar menuding anjloknya suara Partai Persatuan Pembangunan di Jawa Timur akibat Nahdlatul Ulama tidak netral. Dia mengatakan organisasi NU sama sekali tidak menjalankan khitahnya sebagai organisasi umat. Dalam perhelatan pemilu kemarin, NU dituding berpihak pada salah satu partai sehingga tidak obyektif.
"NU banyak menyelenggarakan kegiatan untuk partai tertentu," katanya, Kamis, 10 April 2014.
Tanpa menjelaskan partai yang dimaksud, Kiai Anwar menyarankan agar NU berubah menjadi partai politik. Sebab, kata dia, semua langkah yang dilakukan telah menyerupai partai dan tidak mengayomi umat secara keseluruhan. "Ini sangat merugikan PPP hingga banyak kehilangan dukungan dalam pemilihan umum kemarin," ujarnya.
Kiai Anwar menegaskan upaya pondok pesantren untuk memenangkan PPP sudah maksimal. Penghitungan cepat yang dilakukan di Pondok Pesantren Lirboyo, misalnya, menunjukkan dominasi partai Kakbah itu di delapan tempat pemungutan suara yang disediakan untuk menampung suara santri.
Dari delapan TPS tersebut, hanya satu TPS yang dimenangi Partai Kebangkitan Bangsa. Sedangkan TPS lainnya habis dibabat suara PPP. Hal ini diduga kuat karena sikap para kiai yang mengumumkan dukungan mereka kepada PPP secara terbuka beberapa waktu sebelum pencoblosan.
Meski masih terhitung rendah, Kiai Anwar meminta Suryadharma Ali tidak mengeluh dan kecewa. Berapa pun hasil yang diperoleh PPP harus tetap disyukuri. Hal ini sekaligus menjadi evaluasi kinerja partai untuk terus memperbaiki diri. "Pak Surya tidak boleh merasa kecewa," katanya.
Seperti dalam penghitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei--hasil tersebut juga diakui oleh para pemimpin partai, PPP menempati urutan kedelapan dengan perolehan sementara 6,60 persen. Perolehan PPP ini masih jauh di bawah partai baru seperti NasDem dengan perolehan 6,90 persen. Sedangkan Partai Kebangkitan Bangsa yang dinilai menjadi rival utama PPP justru meroket pada urutan lima dengan perolehan 9,20 persen.
HARI TRI WASONO