TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen regional yang cenderung negatif ditambah ketidakpuasan pelaku pasar terhadap hasil pemilu membuat rupiah kembali melemah. Dalam transaksi pasar uang hari ini, Jumat, 11 April 2014, rupiah kembali terdepresiasi sebanyak 56 poin (0,50 persen) ke level 11.413 per dolar Amerika. Rupiah sempat bergerak liar ke level 11.460 per dolar AS pada awal perdagangan, sebelum intervensi bank sentral meredakan gejolak rupiah menjelang sesi penutupan.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan ketidakpuasan pasar terhadap hasil pemilu yang belum memastikan PDI Perjuangan mencapai 25 persen suara menjadi penyebab volatilitas rupiah. Pasar sangat sensitif terhadap hasil hitung cepat yang menunjukkan PDI Perjuangan masih perlu berkoalisi untuk mengusung Joko Widodo. "Akibatnya, risk appetite pelaku pasar berkurang dan rupiah kembali melemah," katanya. (Baca: Pemilu Jeblok, Indeks Saham Masih Bisa Menguat)
Sentimen dalam negeri diperparah oleh suasana pasar global yang sedang tidak kondusif. Mata uang regional cenderung melemah terhadap dolar Amerika, menyusul pasar saham global yang juga terkoreksi. Dalam kondisi demikian, pelaku pasar akan cenderung mengalihkan portofolionya ke aset safe haven.
Menurut Lindawati, menurunnya gairah investor di pasar global dipicu oleh melemahnya data perdagangan Cina pada Maret lalu. Meski ekspor Cina masih mencatat surplus sebesar US$ 7,7 miliar, laju impornya turun drastis 11,3 persen. "Perlambatan impor menunjukkan permintaan global belum pulih."
Dari Amerika Serikat, data klaim jumlah penganggur di Negeri Abang Sam bulan lalu turun 3.000 jiwa. Perbaikan pada sisi tenaga kerja akan meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral Amerika (The Fed) menyudahi kebijakan stimulus lebih awal dan mempertimbangkan penaikan suku bunga acuan pada 2015.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler
Jalan Jokowi Belum Mulus, Rupiah Melemah
Soal Investasi Foxconn, Jokowi: Itu Urusan Saya
Pemerintah Pasrah Freeport Tak Setor Dividen
Asosiasi Seluler Bilang Pajak Ponsel Tidak Logis