TEMPO.CO, Jakarta: Ada 57 juta penduduk Indonesia yang melakukan buang air besar sembarangan (BABS) di mana 40 juta di antaranya tinggal di pedesaan. "Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sanitasi dasar karena setengah dari warga pedesaan tidak memiliki akses sanitasi layak," kata Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim melalui keterangan resmi, Sabtu, 12 April 2014.
Bank Dunia memperkirakan 2,5 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses jamban layak atau sarana pembuangan limbah manusia. Angka ini termasuk jumlah penduduk yang melakukan BABS di sungai serta ladang. Hal ini menyebarkan virus dan kuman dari tinja melalui makanan, air, dan pakaian. Akibatnya, kata Kim, berjangkit diare yang menyebabkan kematian ribuan anak setiap harinya.
Sebenarnya, hampir 1,9 miliar penduduk dunia mendapat akses jamban layak sejak 1990-an. Persoalan ini menjadi salah satu target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Namun dalam implementasinya, target ini tidak tercapai sesuai harapan.
Bank Dunia mengklaim mendukung upaya pemerintah secara berkelanjutan dalam peningkatan akses sanitasi melalui proyek air bersih. Selain itu menerapkan pendekatan programatik berskala kabupaten atau kota. "Pendekatan berbasis kabupaten atau kota akan membantu Indonesia mencapai target cakupan sanitasi seratus persen," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chavez.
Bank Dunia tidak akan berhasil mencapai pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2030 serta peningkatan kesejahteraan 40 persen kalangan termiskin, kata Kim, jika kondisi sanitasi tidak diperbaiki. Bank Dunia mengklaim telah menyalurkan lebih dari US$ 3 miliar untuk layanan air bersih dan sanitasi, sekaligus menjadi lembaga penyandang dana multilateral terbesar untuk air dan sanitasi.
MARIA YUNIAR