TEMPO.CO, Garut - Sepuluh mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang hanyut terbawa banjir bandang dari Sungai Cikandang, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin, 14 April 2014. Akibatnya, satu orang di antaranya meninggal dunia.
Korban meninggal dunia bernama Mipta Anggraeni, 19 tahun. Jasad korban ditemukan di muara Sungai Cikandang, tepatnya di Kampung Cijayana, Kecamatan Mekarmukti. "Jasad korban ditemukan di pantai dan sudah dievakuasi," ujar Kepala Kepolisian Resor Garut Ajun Komisaris Besar Arif Rachman kepada Tempo, Senin malam, 14 April 2014.
Kejadian tersebut berawal saat sepuluh mahasiswa Undip bersama satu mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut berolahraga arung jeram. Mereka turun ke sungai dengan menggunakan dua perahu karet. Namun, ketika melintas di Kecamatan Pakenjeng sekitar pukul 16.00 WIB, hujan lebat menyebabkan banjir bandang. Tak ayal, kedua perahu itu oleng terbawa arus. (Baca : Garut, Daerah Paling Rawan Bencana di Indonesia )
Saat ini aparat kepolisian bersama masyarakat masih melakukan evakuasi terhadap para korban. Korban selamat rencananya akan dibawa ke pusat kesehatan masyarakat setempat untuk mendapatkan pengobatan. "Kami masih terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Tempat kejadiannya cukup sulit dijangkau," ujar Arif.
Menurut warga setempat, Ade Manadin, satu mahasiswa hilang dan masih dalam pencarian. Sedangkan lima mahasiswa selamat saat ini berada di Kampung Bokor. Adapun empat mahasiswa berada di Kampung Porehek, Desa Tanjung Mulya, Kecamatan Pakenjeng. Tiga mahasiswa ditemukan terapung di pinggir sungai, semntara satu orang di delta atau daratan di tengah sungai.
Mahasiswa Undip yang telah berhasil dievakuasi di antaranya Gresi, 19 tahun; Faran, 20 tahun; Tahwin, 21 tahun; Wisnu, 19 tahun; dan Dian, 20 tahun. "Masyarakat masih berusaha untuk menyelamatkan mereka, tapi arus sungai masih deras sampai saat ini," ujarnya. (Baca : Puluhan Rumah di Garut Terendam Banjir Bandang)
Menurut Ade, selain menghanyutkan mahasiswa, banjir bandang ini juga merobohkan Jembatan Rawayan sepanjang 50 meter sehingga memutuskan akses jalan. Akibatnya, sebagian warga Tanjung Mulya terjebak. Selain itu, peristiwa ini juga menghanyutkan 25 ternak kambing dan merendam 30 hektare sawah di Desa Karangsari.
SIGIT ZULMUNIR
Berita Terpopuler
Jokowi dalam Soal Ujian, Pemerintah: Tak Disengaja
Konvensi Demokrat Sudah Antiklimaks
Sebelum Dibunuh, Didi dan Anita Ikut Nyoblos