TEMPO.CO, Madiun - Banjir merendam tiga kelurahan di Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa Timur, Selasa, 15 April 2014. Selain menggenangi lahan persawahan dan jalan raya, luapan air dari Sungai Sono dan Piring merendam 44 rumah warga Kelurahan Rejomulyo, Kelun, dan Tawangrejo. "Ketinggian airnya bervariasi antara 20 sampai 30 sentimeter," kata Maria Endang Indiani, salah seorang warga Kelurahan Kelun.
Menurut dia, air dari sungai anakan Bengawan Madiun itu mulai meluber pukul 04.00. Hingga pukul 09.30, air masih menggenang. Sejumlah warga masih mengevakuasi barang-barang ke lokasi yang kering. Mereka juga berusaha menguras air yang masuk ke dalam rumah dengan menggunakan ember.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Madiun Agus Subiyanto mengatakan banjir terjadi karena Sungai Sono dan Piring tak mampu menampung debit air yang meningkat drastis. Sejak Senin malam hingga dinihari tadi, hujan deras mengguyur wilayah setempat dan daerah hulu sungai di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
Faktor penyebab banjir yang lain, ucap Agus, karena kelalaian petugas Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Madiun. Saat debit air meningkat, dua dari tiga pintu air Sungai Piring di wilayah Kecamatan Kartoharjo malah ditutup. "Untuk masalah ini sudah kami koordinasikan agar pintu air dibuka semua," ujar dia.
Petugas BPBD telah mendistribusikan bantuan sarapan pagi sebanyak 300 bungkus kepada warga yang terdampak banjir. Sebab, mereka dipastikan tidak memasak lantaran harus menyelematkan barang-barang di rumah dari rendaman air. "Untuk kerugian material tidak ada. Namun, banjir sempat mengganggu aktivitas warga saat akan berangkat bekerja dan sekolah," kata dia.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Topik terhangat:
Pemilu 2014 | Jokowi | Pesawat Kepresidenan | MH370 | Prabowo
Berita terpopuler:
Siswa TK Internasional Diduga Alami Pelecehan
Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M
Konvensi Demokrat Sudah Antiklimaks