Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ilmuwan: Air Tak Mengalir di Mars  

Editor

Alia fathiyah

image-gnews
Kawah McLaughlin di Planet Mars. dailymail.co.uk
Kawah McLaughlin di Planet Mars. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, California - Selama ini ada dugaan bahwa pernah ada aliran air di Planet Mars pada masa lampau. Bentuk permukaan Mars mengindikasikan hal itu. Bentuk sedimen berlapis di danau-danau purba, tebing, dan dataran yang tampaknya terbentuk oleh banjir bandang menunjukkan bahwa air pernah ada di Mars. Planet itu diduga dulunya hangat dan basah.

Namun penelitian terbaru justru menunjukkan Mars tak pernah punya tekanan atmosfer yang cukup untuk menjaga air mengalir di permukaannya. Laporan yang dimuat dalam jurnal Nature Geoscience, 13 April 2014, menentang pandangan umum tentang Mars yang disebut pernah memiliki atmosfer tebal, hangat, dan basah 3,6 miliar tahun lalu sehingga memungkinkan air mengalir.

Jean-Pierre Williams, peneliti dari University of California yang terlibat dalam riset ini, mengatakan tekanan atmosfer Mars pada masa ketika badan sungai terbentuk tak lebih dari 90 persen tekanan atmosfer Bumi pada ketinggian permukaan laut saat ini.

"Saat atmosfer terlalu tipis, mustahil bisa mendapatkan air likuid. Yang ada hanya gas dan es. Perlu tekanan yang lebih tinggi untuk membuat air likuid berada dalam kondisi stabil," kata Williams. Sedangkan tekanan atmosfer di Bumi memungkinkan air terbentuk dalam tiga fase tersebut.

Menurut Williams, atmosfer Mars sangat tipis dengan tekanan sekitar seperseratus dari atmosfer Bumi. "Di sana terlalu dingin, sekitar -60 derajat Celcius, jadi air likuid di permukaan Mars selalu membeku dan menguap tapi tak pernah mengalir ke mana-mana," katanya. Williams menambahkan, adanya alur, delta sungai, dan cekungan danau menunjukkan Mars pernah sangat basah pada masa lampau. "Tapi tekanan yang kami temukan sangat rendah untuk membuktikan aliran air," katanya.

Williams dan koleganya melakukan riset berdasarkan pemeriksaan 319 kawah akibat tabrakan meteor yang bersilangan dengan badan sungai di area Aeolis Dorsa di Mars. Menggunakan gambar beresolusi tinggi dari wahana Mars Reconnaissance Orbiter milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), para peneliti mengukur luas kawah dan membandingkannya dengan model meteor yang disaring atmosfer.

"Gesekan dengan atmosfer memperlambat meteor, membuatnya panas hingga mencapai temperatur tinggi yang ekstrem dan menguapkan permukaannya sehingga meteor pecah menjadi fragmen," kata Williams.

Semakin tebal atmosfer, meteor semakin sulit menerobos dan mencapai permukaan. Di bumi, diameter kawah terkecil akibat tabrakan meteor berukuran 20 meter. Sedangkan bulan, yang tidak memiliki atmosfer, dipenuhi oleh kawah-kawah tabrakan meteor. Di area Aeolis Dorsa yang luasnya 84 ribu kilometer persegi, lebih dari 30 kawah berdiameter hingga 50 meter. Sekitar 30 kawah purba lainnya memiliki garis tengah hingga 21 meter.

Para peneliti membuat simulasi yang menggambarkan bagaimana meteor-meteor itu menghantam Mars dengan memasang tingkat kepadatan atmosfer. Ukuran kawah ternyata bisa berbeda tergantung pada sudut jatuh meteor di permukaan. Edward Kite, peneliti planet dari Princeton University, New Jersey, mengatakan kecepatan meteor juga mempengaruhi ukuran kawah. Ukuran kawah terkecil tidak bisa menjadi dasar gambaran kepadatan atmosfer Mars pada masa lampau. "Bukan soal ukuran kawah terkecil tapi luas distribusi dari seluruh kawah menjadi hal yang sangat penting," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika Mars pernah memilki atmosfer tebal, menurut Kite, obyek luar angkasa pasti hancur saat melewatinya, seperti yang terjadi di Bumi. Banyaknya kawah purba di Mars menunjukkan atmosfer planet itu tipis dan tidak bisa menjadi pelindung dari hantaman benda luar angkasa.

Hasil analisis menunjukkan tekanan permukaan Mars yang ditimbulkan oleh atmosfer pada masa lampau kemungkinan tak lebih dari 150 kali ukuran saat ini. Sanjoy Som, ahli astrobiologi dari Blue Marble Space Institute of Science di Moffett Field, California, mengatakan ketebalan atmosfer Mars tak lebih dari sepertiga kebutuhan untuk membuat permukaan Mars tak membeku. "Mars jelas pernah basah, tapi belum jelas apakah dia juga pernah hangat," kata Som.

Williams mengakui banyak bukti yang menunjukkan Mars pernah memiliki air likuid di permukaannya. Penjelasan yang paling memungkinkan adalah peristiwa singkat yang menyebabkan kenaikan tekanan atmosfer dan membuat planet itu menghangat sesaat.

"Mungkin pernah ada tumbukan besar yang menyebabkan sejumlah besar es menguap atau erupsi gunung api yang membuat air, senyawa karbon dioksida, dan sulfur menguap ke atmosfer," kata Williams. Perubahan tingkat kemiringan pada poros planet juga bisa menyebabkan temperatur Mars menghangat dan membuat ketebalan atmosfer bertambah.

James Head, pakar planet dari Brown University di Providence, Rhode Island, memuji riset yang dikerjakan Williams dan koleganya. "Laporan mereka mendukung studi yang menyebutkan Mars dulu dipenuhi es," katanya. Head mengatakan skenario penghangatan temporer, seperti efek rumah kaca dari erupsi gunung api atau tumbukan besar, bisa menebalkan atmosfer Mars puluhan hingga ratusan tahun. "Cukup untuk membuat cairan mengalir di Mars," katanya. 

NATURE | ABC | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita Lain:
Telkomsel Perkuat Konten Digital
LIPI: Drainase Buruk Picu Longsor Rel Malabar
Ke Mana Partikel Infeksi Saat Kita Bersin?
Galaxy Ace Style, Ponsel Pintar Kelas Menengah
Lubang Hitam Akan Telan Awan Gas Bima Sakti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia