TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II Richard Joost Lino mengaku melakukan penunjukan langsung untuk pengadaan crane atau alat pengangkat barang berat di sejumlah pelabuhan, seperti di Palembang dan Pontianak. Menurut dia, penunjukan langsung terpaksa dilakukan lantaran alat yang dipesan sejak 2007 tak kunjung datang.
"Itu tak pernah datang dan tak bakal bisa beres. Makanya pada 2010 dilakukan prosedur dengan cara yang tidak biasa," kata Lino di halaman gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa, 15 April 2014.
Prosedur penunjukan langsung itu, menurut Lino, tak salah dan tak merugikan negara. Malah, kata dia, penunjukan langsung itu menguntungkan lantaran harga alat lebih murah. "Saya yang mengambil kebijakan ini dan saya menerima kalau ada konsekuensinya," katanya.
Lino mengatakan, menurut peraturan, penunjukan langsung itu dibolehkan. "Selama ini juga tak ada yang bisa membuktikan bahwa kebijakan itu lebih mahal. Makanya saya tak khawatir karena dicari di seluruh dunia pun yang saya beli pasti lebih murah," ujarnya.
Saat ini, kata Lino, crane sudah ada. Menurut dia, crane yang didapat lewat penunjukan langsung di beberapa pelabuhan berkualitas lebih bagus dibanding crane hasil tender.
Lino menjalani pemeriksaan oleh penyelidik KPK selama sebelas jam. Keluar dari ruang pemeriksaan sekitar pukul 20.00, Lino mengaku ditanya soal pengadaan crane di beberapa pelabuhan tahun anggaran 2010.
MUHAMAD RIZKI
Baca juga:
Pelaku Sodomi Murid TK Internasional Berkomplot
Menit-menit Kemenangan Timnas U-19 atas UEA
Sri Mulyani Disebut Marah Bailout Century Membengkak
Dilaporkan sebagai Penipu, Ligwina Belum Tahu
Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M