TEMPO.CO, Kiev - Kelompok separatis pro-Rusia mengabaikan ultimatum pasukan keamanan untuk segera meninggalkan gedung pemerintah yang duduki di sebelah timur Ukraina. Sebaliknya, mereka mulai meningkatkan gerakan guna menguasai gedung lebih banyak lagi menyusul kegagalan ancaman Kiev.
Hingga Selasa, 15 April 2014, angkatan bersenjata separatis masih menguasai sejumlah kantor pemerintahan di sedikitnya sembilan kota di timur Ukraina. Mereka pada Senin, 14 April 2014, juga menyerbu dan menguasai kantor polisi di Horlivka, meski mendapat ancaman serangan militer Kiev jika tidak meninggalkan gedung itu sebelum pukul 6 pagi GMT, Senin, 14 April 2014.
Dalam percakapan via telepon, Senin, 14 April 2014, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak rekannya Presiden Rusia, Vladimir Putin, menekan kelompok pro-Moskow agar meletakkan senjata dan meninggalkan gedung-gedung yang diduduki.
"Presiden mendesak agar seluruh pasukan non-pemerintah meletakkan senjatanya. Juga mendesak Putin menggunakan pengaruhnya terhadap kelompok bersenjata pro-Rusia untuk meninggalkan gedung yang mereka kuasai," bunyi pernyataan Gedung Putih.
Namun Kremlin menolak terlibat dalam aksi penyerbuan gedung pemerintah Kiev. Kremlin juga membantah bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap kelompok tersebut. Dalam keterangan kepada media, Putin mendukung unjuk rasa di Donetsk, Lugansk, Kharkiv, Slavyanks, dan sejumlah kota lain di sebelah timur Ukraina. Unjuk rasa itu sebagai akibat dari ketidakmampuan pemimpin di Kiev memperhitungkan kepentingan warga Rusia dan masyarakat berbahasa Rusia.
Sebelumnya, pada Senin, 14 April 2014, Presiden Ukraina Oleksandr Turchynov memohon kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengirimkan pasukan PBB untuk menstabilkan situasi keamanan di timur Ukraina.
Terpopuler