TEMPO.CO, Jakarta - Dua organisasi massa Islam terbesar di negeri ini, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, sempat identik dengan Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional. Setelah itu, hubungan organisasi Islam dengan partai pun pasang-surut. Pada pemilu lalu, pengikut dua organisasi itu tak lagi terpusat memilih PKB dan PAN. Kini para calon presiden berlomba-lomba mendekati kedua organisasi itu demi mendulang suaranya. Inilah hasil riset mengenai kecenderungan pilihan massa kedua organisasi serta jejak politik mereka dalam lintasan sejarah.
Pilihan calon presiden:
Hasil survei Charta Politika, Maret 2014
Nahdlatul Ulama
1. Jokowi: 39,8 persen
2. Prabowo: 17,5 persen
3. Aburizal Bakrie: 9,5 persen
Muhammadiyah:
1. Jokowi: 30,4 persen
2. Prabowo: 13 persen
3. Hatta Rajasa: 11,6 persen
Kiprah NU
#1918
NU berdiri.
# 1952
NU meninggalkan Masyumi.
# 1954
Memproklamasikan diri sebagai partai politik pada 1954.
# 1955
Mengikuti pemilu untuk pertama kali dan meraih suara terbesar ketiga di bawah PNI dan Masyumi.
# 1971
NU ikut pemilu dengan raihan 10,2 juta suara dan berada di urutan kedua di bawah Golkar.
# 1973
Presiden Soeharto menetapkan asas tunggal partai politik dan menyederhanakan peserta pemilu. NU bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan dan mengikuti Pemilu 1977 dan 1982.
# 1979
Gagasan NU untuk kembali ke khitah 1926, yaitu tak berpolitik praktis, muncul pada Muktamar NU ke-26 di Semarang.
# 1984
Dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo, NU memutuskan keluar dari area politik praktis.
# 1998
Setelah reformasi, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU, salah satunya adalah Partai Kebangkitan Bangsa, yang dideklarasikan oleh para kiai Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, dan Mustofa Bisri.
#1999
PKB memperoleh 51 kursi DPR dan mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai presiden.
#2004
PKB ikut mengusung duet Wiranto-Salahuddin Wahid sebagai calon presiden dan wakil presiden, tapi kalah.
# 2009
Partai yang mengatasnamakan NU ikut meramaikan pemilu, yaitu Partai Kebangkitan Nasional Ulama, tapi tak melewati ambang batas parlemen. PKB ikut memenangkan duet SBY-Boediono.
#2014
PKB mengklaim masuk lima besar karena didukung para kiai NU.
Kiprah Muhammadiyah
#1912
KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
#1921
Haji Agus Salim menyarankan agar Muhammadiyah menjadi partai. Namun, Ahmad Dahlan menentang.
#1945
Sejumlah tokoh Muhammadiyah bergabung dalam Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi.
#1968
Ketua Umum PP Muhammadiyah Faqih Usman ikut berkirim surat ke pemerintah Orde Baru meminta rehabilitasi Masyumi yang dinyatakan sebagai partai terlarang.
#1969
Khitah Ponorogo menyebutkan saluran dakwah Muhammadiyah salah satunya melalui partai, yaitu Partai Muslimin Indonesia.
#1971
Khitah Ujung Pandang memantapkan Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia.
#1998
Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais mengumumkan akan membentuk partai baru. Akhirnya terbentuk Partai Amanat Nasional. Amien mundur dari jabatan Ketua Umum Muhammadiyah.
#1999
PAN menduduki peringkat kelima dalam pemilu, Amien Rais menjadi Ketua MPR.
#2004
PAN mengusung Amien Rais-Siswono Yudo Husodo sebagai calon presiden-wakil presiden, tapi kalah.
#2009
Partai yang didirikan sejumlah tokoh pemuda Muhammadiyah, Partai Matahari Bangsa, tak lolos ambang batas parlemen. PAN ikut mendukung pasangan SBY-Boediono.
#2014
PAN diperkirakan memperoleh sekitar 7 persen suara.
DRIYAN | Pusat Data dan Analisa Tempo | dari berbagai sumber