TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan, Arief Rachman, menyayangkan dugaan pencabulan yang dialami murid Taman Kanak-kanak Jakarta International School yang terjadi di toilet sekolah. Ia mengatakan semua murid di setiap jenjang harus diawasi secara khusus ketika meninggalkan kelas saat kegiatan belajar berlangsung.
Alasannya, meski masih berada di dalam lingkungan sekolah, banyak hal-hal membahayakan yang dapat menimpa si anak dalam perjalanannya. "Siswa tingkat SMA saja harus diawasi. Di tingkat TK pengawasannya harus lebih ketat," kata Arief saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 April 2014. (Baca: Kasus Murid TK JIS, Korban Baru Versi Komnas Anak).
Sebelumnya, seorang murid TK JIS diduga menjadi korban kekerasan seksual oleh sejumlah pegawai alih daya kebersihan di sekolah itu pada Maret lalu. Saat itu korban yang hendak buang air kecil mendapat perlakuan tak senonoh, sehingga ia kini trauma berat.
Arief menjelaskan, setidaknya harus ada dua orang guru pada sebuah kelas di taman kanak-kanak yang terdiri atas maksimal 20 siswa. Salah satu guru, kata dia, bertugas mendampingi siswa yang akan pergi ke toilet saat guru lain menjaga siswa yang sedang berada di dalam kelas. (Baca pula: Tersangka Baru Kasus Murid TK JIS, Ini Kata Polisi).
Pendampingan, ujar Arief, diperlukan lantaran siswa TK kerap terjatuh dan sering tergoda untuk berputar-putar di luar ruang belajar sebelum kembali ke kelas. "Belum lagi adanya kecelakaan saat di toilet," katanya.
Selain itu, Arief mempertanyakan peran wali kelas yang tak memperhatikan perubahan psikis muridnya saat kembali dari toilet. Perubahan raut wajah anak-anak menyimpan banyak informasi mengenai hal yang dialami. "Meski tak mau bercerita, guru patut curiga jika ada perubahan pada bahasa tubuh anak didiknya," kata Arief.
LINDA HAIRANI