Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Depresi Pada Pria Jika Menjadi Ayah  

Editor

Alia fathiyah

image-gnews
Kereta bayi raksasa yang diproduksi oleh Skoda Auto ini menggunakan ukuran velg sebesar 20 inchi sehingga membuat kereta bayi ini menjadi besar dan tinggi layaknya sebuah mobil SUV yang mengenakan ukuran velg 20 inchi. dailymail.co.uk
Kereta bayi raksasa yang diproduksi oleh Skoda Auto ini menggunakan ukuran velg sebesar 20 inchi sehingga membuat kereta bayi ini menjadi besar dan tinggi layaknya sebuah mobil SUV yang mengenakan ukuran velg 20 inchi. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, New York - Menjadi seorang ayah berisiko meningkatkan depresi pada pria, demikian sebuah penelitian terbaru di Amerika. "Banyak ibu yang depresi memiliki anak serta efeknya pada anak-anak. Kini kami baru memulai mempelajari mengenai depresi pada ayah (paternal)," kata ketua penulis hasil riset, Dr Craig Garfield, seperti dikutip situs Reuters edisi 15 April 2014. "Kami temukan bahwa depresi paternal ada dan itu mempengaruhi lima sampai 10 persen para ayah, dan ada sekitar tujuh juta ayah di Amerika," kata Garfield, dokter anak dan peneliti di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago.

Depresi pada ayah bisa membahayakan perkembangan anak-anaknya selama masa awal kehidupan anak yang memang kritis bagi pertumbuhannya, ungkap para penulis dalam jurnal Pediatrics. Centers for Disease Control and Prevention di Amerika melakukan pemantauan rutin untuk gangguan kesehatan mental seperti depresi yang terjadi pada pria dan wanita yang berencana menjadi orang tua. Garfield dan rekan-rekannya menganalisis 10.623 pria yang masuk dalam penelitian jangka panjang sebagai remaja dan diikuti perkembangannya selama 20 tahun. Sebanyak 3.425 partisipan menjadi ayah pada akhir periode studi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.739 dari mereka hidup bersama anak-anak mereka dan 686 mereka merupakan ayah non-resident (tidak tinggal bersama anaknya).

Para ilmuwan juga merekam kesehatan mental para pria yang tidak menjadi ayah sebagai perbandingan. Partisipan menjawab pertanyaan survei dalam beberapa poin saat mereka remaja, berusia 20-an dan 30-an serta respons yang digunakan untuk mengukur skor dari gejala depresi yang muncul. Ketika para ilmuwan membandingkan skor depresi pria, ditemukan bahwa ayah resident baru mempunyai skor terendah dan ayah baru non-resident mengalami depresi tertinggi. Sementara yang tidak menjadi ayah skornya di antara keduanya.

Namun selama lima tahun pertama perkembangan anak mereka, para ayah resident mengalami kenaikan depresi hingga 68 persen, secara rata-rata. "Ini sesuatu yang signifikan dalam studi. Ini juga tetap signifikan ketika Anda berpikir tentang perkembangan anak dan perkembangan keluarga serta pentingnya peran ayah," kata Garfield.

Menurutnya, peran ayah di Amerika sekarang ini telah berubah dan dua kali meningkat sejak 1965 hingga 2011. Bahkan, mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama anaknya dibandingkan ayah di Inggris dan Australia. "Akibatnya para ibu lebih sering berada di tempat kerja dan ini merupakan suatu yang baru, karena para ayah ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka," ujar Garfield.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Anak-anak bahagia saat orang tua bahagia dan jika kita bisa memastikan kalau ayah dan ibunya baik-baik saja dalam transisi perubahan menjadi orang tua, maka ada peluang untuk menjadikan anak juga baik-baik saja," ujarnya.

Ayah baru yang depresi, kata James Paulson peneliti psikologi di Old Dominion University di Norfolk, Virginia, lebih cenderung untuk tidak terlibat dalam penanganan anak-anak. Mereka juga lebih cenderung untuk menggunakan taktik parenting yang buruk seperti berteriak, menampar, dan sejenisnya.

REUTERS I ARBA'IYAH SATRIANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

18 Oktober 2022

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?


Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

1 Juli 2019

Sekotak sayuran dipajang di kebun seluas 900 meter persegi di atap pusat pemilahan pos,  di Paris, Prancis, 22 September 2017. Kebun ini menanam buah-buahan, sayuran, tanaman aromatik dan obat-obatan. REUTERS/Charles Platiau
Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.


Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

2 November 2018

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan. answcdn.com
Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.


Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

8 Mei 2018

Ilustrasi pasangan mengecat rumah. shutterstock.com
Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.


Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

4 Maret 2018

Ilustrasi Keracunan
Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.


Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

4 Maret 2018

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock
Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.


Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

11 Januari 2018

Ilustrasi anak obesitas berolahraga. Kevin Frayer/Getty Images
Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.


Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

14 Desember 2017

Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock
Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.


Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

23 November 2017

Ilustrasi anak sakit. Shutterstock
Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.


Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

26 September 2017

Kucing bernama Sam ini memiliki bulu berwarna hitam yang mirip alis. Sepintas ia terlihat seperti karakter kartun yang lucu. Berikut sejumlah kucing dengan corak bulu yang lucu dan unik. Boredpanda.com
Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?