TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 21 April 2014, menandai hari ke-45 pencarian pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 yang hilang di tengah penerbangannya dari Kuala Lumpur ke Beijing. Hingga kini jejak pesawat jet dengan 239 penumpang yang menghilang di atas Samudera Indonesia ini belum ditemukan.
Duta Besar Australia untuk Amerika Serikat, Kim Beazley, mengatakan negara-negara pencari akan mempertimbangkan kembali kelanjutan pencarian jika tidak ada serpihan yang ditemukan di dasar Samudera Indonesia. Saat ini dasar Samudera Indonesia sedang dipindai oleh pesawat tanpa awak bawah air milik US Navy.
Menurut Beazley, saat ini setiap negara menutupi sendiri biaya pendukung pencarian seperti untuk pesawat, kapal , personel dan peralatannya. Namun, ia mempertanyakan siapa yang akan membayar lebih jika melibatkan kontraktor swasta dalam pencarian MH370. "Ada anggapan Australia sedikit keberatan tentang beban biaya ini," katanya kepada CNN seperti yang dilansir cbc.ca, kemarin, Ahad, 20 April 2014.
Australia sendiri telah berkomitmen terus mencari. Australia juga akan berkonsultasi dengan semua negara yang terlibat dalam pencarian sebagai bahan pertimbangan.
Pertimbangan tersebut di antaranya kemungkinan membawa kontraktor swasta untuk mengganti beberapa kendaraan militer yang saat ini digunakan dalam upaya pencarian. "Jelas itu salah satu hal yang Anda akan mempertimbangkan. Semua hal-hal ini akan berada di meja, jika tidak ada yang ditemukan dalam beberapa hari ke depan," kata Beazley.
Pencarian pesawat Boeing 777-200ER dan 239 penumpang dan kru itu kini difokuskan pada scan sonar yang diambil oleh Bluefin-21, kendaraan bawah air otonom (AUV). Kapal selam ini menggunakan remote control untuk menjelajahi dasar laut Samudera Hindia, dengan radius 10 kilometer, sekitar 2.000 kilometer sebelah barat laut dari Perth.
ALI HIDAYAT | MIRROR.CO.UK | CBC.CA