TEMPO.CO, Bandung - Ratusan pelajar di Kota Bandung melaksanakan kegiatan belajar di hutan kota Babakan Siliwangi dalam rangka memperingati Hari Bumi, Selasa, 22 April 2014. Pelajar yang berasal dari tingkat TK, SD, dan SMP ini mendapat pengetahuan mengenai lingkungan sekaligus bisa berinteraksi langsung dengan alam.
"Memperingati Hari Bumi ini, kami ingin mengenalkan hutan kota dunia Babakan Siliwangi kepada anak-anak," kata Koordinator Earth Hour Bandung Christian sebagai penyelenggara acara kepada Tempo di Bandung, Selasa, 22 April 2014.
Christian mengatakan banyak anak yang belum tahu mengenai keberadaan hutan kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air. Menurut dia, Babakan Siliwangi merupakan lokasi yang strategis untuk mengenalkan anak kepada alam karena memiliki fungsi ekologis.
"Babakan Siliwangi bisa dijadikan tempat belajar nonformal bagi pelajar. Mereka belajar di alam dan bisa mempelajari apa saja yang ada di dalam hutan," ujarnya.
Dia berharap anak-anak bisa lebih peka untuk belajar menjaga dan melestarikan alam sejak dini. Kegiatan yang dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB itu menyiapkan beberapa pos edukasi mengenai lingkungan seperti pos flora, fauna, dan permainan tradisional.
Para pelajar terlebih dahulu diajak menyusuri jalan setapak menuju hutan. Mereka mendatangi beberapa pos dengan tema berbeda. Pada pos pertama, para pelajar diberi pemahaman ihwal manfaat tanaman untuk bumi dan fungsi ekologis tanaman. Maksudnya yaitu untuk melatih kepekaan anak-anak terhadap lingkungan supaya mereka tidak merusaknya.
"Saya berjanji akan selalu mencintai bumi, tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak merusak pohon," teriak anak-anak SD Cisitu Bandung berbarengan.
Selanjutnya, di pos kedua, para pelajar berinteraksi dengan hewan-hewan melata bersama Komunitas Reptil Bandung (KRB). Mereka bisa memegang hewan reptil yang sudah jinak dan berfoto bareng. Beberapa jenis hewan reptil yang menjadi bahab edukasi antara laini ular piton, ular hijau, biawak, dan kadal.
Guru Kelompok Bermain TK Sholahuddin Cimahi, Ai Yulianti, mengatakan kegiatan serupa tidak pernah diperoleh oleh muridnya di sekolah. Menurut dia, sekolah alam ini bermanfaat untuk meningkatkan keberanian, kecerdasan, dan kepekaan anak-anak terhadap lingkungan. "Ada yang pintar di kelas tapi tidak berani pegang ular, ada juga yang sebaliknya. Mereka belajar untuk menyayangi hewan dan tumbuhan," ujarnya.
RISANTI
Terpopuler
Langkah Jokowi dan Kasus Hadi Pengaruhi Saham
Dubes Amerika Ajak Bos MNC ke Balikpapan
Analis: Kasus Hadi Poernomo Ancam Saham BCA
Hadi Tersangka, Audit BPK Tetap Berlaku