TEMPO.CO, Peshawar - Sembilan orang tewas, termasuk polisi, dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan bersenjata dan bom yang terjadi di wilayah barat laut Pakistan, Selasa, 22 April 2014. Menurut kepolisian, serangan ini terjadi setelah Taliban Pakistan menolak memperpanjang masa gencatan senjata dengan pemerintah.
Tahun lalu, Perdana Menteri Nawaz Sharif mengambil alih kekuasaan dan berjanji akan mengakhiri masa-masa pertempuran dengan gerilyawan Taliban melalui negosiasi perdamaian. Perundingan dimulai pada Februari lalu tapi tak terlalu membuahkan hasil yang baik. (Baca: Lima Kilogram Bom Ledakkan Pasar Pakistan)
Pada Selasa waktu setempat, tiga orang tewas dan 33 lainnya, termasuk 12 orang polisi, terluka dalam serangan bom di Distrik Charsadda, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Serangan bom terjadi saat jam-jam sibuk pada pagi hari.
Sebelumnya, enam orang, termasuk lima polisi dan seorang pengemudi ambulans, juga tewas dalam serangan terpisah di pinggiran Ibu Kota Peshawar tadi malam. Tiga orang lainnya terluka ketika para anggota gerilyawan militan melepaskan tembakan.
Perwira polisi senior Shafiullah Khan mengatakan orang tak dikenal telah memasang bom pada sepeda motor yang kemudian diparkir di dekat kantor polisi di Peshawar.
“Bom meledak ketika sebuah mobil van polisi yang sedang membawa 13 polisi untuk bertugas lewat di tempat kejadian. Tiga tewas dan 33 lainnya luka-luka. Tampaknya mobil van polisi menjadi sasaran serangan,” katanya seperti dilansir Reuters, Selasa, 22 April 2014.
Pada 16 April lalu, Taliban Pakistan secara resmi mengakhiri gencatan senjata 40 hari karena pemerintah terus menangkapi anggota mereka dan membunuh lebih dari 50 orang yang terlibat pemberontakan.
Putaran pertama perundingan runtuh pada Februari lalu setelah kurang dari seminggu sebelumnya Taliban melakukan pengeboman sebuah bus berisi anggota kepolisian dan mengeksekusi 23 pasukan militer pemerintah yang telah diculik.
Taliban telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintah Pakistan yang terpilih secara demokratis. Taliban Pakistan juga ingin memberlakukan hukum Islam yang ketat di negara berpenduduk lebih dari 180 juta orang itu.
REUTERS | ROSALINA
Terpopuler:
Tim Pencari MH370 Siap Tinggalkan Samudra Hindia
WNI Pemijat Refleksi Diadili di Malaysia
Tokoh Gerakan Demokrasi Myanmar, Win Tin, Meninggal