TEMPO.CO, Incheon - Kecelakaan feri Sewol di perairan Jindo, Korea Selatan, meningggalkan duka mendalam bagi semua keluarga korban. Dari 475 penumpang, baru 174 orang yang berhasil diselamatkan. Namun mereka yang selamat ini terancam mengalami trauma dan stres.
Menurut laporan dokter dari Korea University Ansan Hospital, tempat perawatan sebagian siswa Sekolah Tinggi Danwon yang menjadi korban kecelakaan Sewol, kebanyakan penyintas masih dalam kondisi tertekan.
"Beberapa siswa masih berperilaku normal. Namun biasanya gejala sindrom stres pascatrauma akan muncul satu atau dua minggu setelah kecelakaan. Mereka akan terlihat depresi dan mengalami kecemasan," kata salah satu dokter yang menangani korban feri Sewol, seperti diberitakan oleh Yonhap, Selasa, 22 April 2014.
Bahkan, Wakil Kepala Sekolah Tinggi Danwon pun mengalami stres hingga membunuh diri karena merasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang membahayakan nyawa murid-muridnya itu. Ia ditemukan tewas di sebuah pulau dekat lokasi pencarian pada Jumat lalu.
Hari ini keluarga dan teman-teman korban menghadiri upacara pemakaman untuk mereka yang tak berhasil diselamatkan. Pemakaman berlangsung di sejumlah tempat, seperti di Korea University Ansan Hospital, Pyeongtaek, dan Incheon.
Pada Selasa pagi ini, tim penyelamat mengatakan korban tewas bertambah menjadi 104 orang, sementara 198 lainnya masih hilang. Tim pencari pun tengah melakukan percepatan pencarian karena didukung oleh cuaca yang cerah di sekitar perairan Jindo.
RINDU P HESTYA | YONHAP
Berita Lain:
WNI Pemijat Refleksi Diadili di Malaysia
Tim Pencari MH370 Siap Tinggalkan Samudra Hindia
Presiden Korea Selatan Kecam Kapten Feri Sewol