TEMPO.CO, Seoul - Korban tewas akibat tenggelamnya feri Sewol di Korea Selatan pada Rabu, 16 April 2014, waktu setempat, mencapai 100 orang. Namun korban yang berjumlah dua kali lipat dari jumlah korban tewas itu hingga saat ini belum ditemukan.
Sedangkan menurut catatan penjaga pantai, jumlah korban keseluruhan 104 orang dan 198 hilang. Saat tenggelam, feri Sewol yang berbobot mati 6.826 ton membawa 476 penumpang, hampir sebagian besar merupakan murid sekolah yang sedang berlibur.
Dari seluruh jumlah penumpang, 174 di antaranya, termasuk kapten dan anak buah kapal, berhasil diselamatkan. Jumlah korban tewas diperkirakan bisa mencapai 300 orang. Insiden ini merupakan salah satu bencana terburuk bagi Korea Selatan dalam masa damai.
Hingga pekan ini, Selasa, 22 April 2014, tim penyelamat terus bertempur melawan gelombang tinggi laut untuk menemukan mayat yang terperangkap di dalam feri Sewol.
Dalam keterangannya kepada media, penjaga pantai mengatakan, untuk menemukan korban, petugas mengerahkan lebih dari 500 penyelam, 169 kapal, dan 29 pesawat terbang. Semuanya dikerahkan untuk melakukan penyelamatan di dekat Pulau Jindo.
Namun demikian, misi penyelamatan korban yang terperangkap di dalam feri terhambat oleh cuaca buruk, air keruh, dan arus yang sangat deras.
"Kami membutuhkan derek untuk mengangkat kapal (Sewol) agar dapat mengurangi kedalaman air. Itu dapat memudahkan penyelamatan. Tetapi kedalaman air mencapai 30-45 meter. Kalau toh ada yang hidup, agaknya sulit membawanya ke permukaan," kata Hwang Jang-bok, seorang relawan penyelam yang tiba di Jindo setelah mendengar kabar kecelakaan.
Hwang menambahkan, tim penyelamat dalam air dapat tersapu arus dengan cepat di kedalaman 50 meter. Menurut dia, selain dihadapkan pada tantangan fisik, penyelam juga menghadapi masalah mental.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler:
Tim Pencari MH370 Siap Tinggalkan Samudra Hindia
WNI Pemijat Refleksi Diadili di Malaysia
Tokoh Gerakan Demokrasi Myanmar, Win Tin, Meninggal