TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 25 penduduk Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat , mengikuti pelatihan membuat motif batik dan membuat batik di Balai Besar Kerajinan dan Batik Daerah Istimewa Yogyakarta pada 21-27 April. Selain untuk memperkenalkan batik kepada masyarakat Raja Ampat, pelatihan itu sekaligus untuk menciptakan motif batik khas Raja Ampat.
Hasil pelatihan itu akan ditampilkan dalam pembukaan Sail Raja Ampat yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juni mendatang. “Jangan sama dengan motif batik Jawa. Jangan sampai tertular motif batik Yogyakarta yang ribet ini karena pelatihannya di sini,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti saat pembukaan pelatihan, Rabu, 23 April 2014.
Kekhasan itu, menurut Wiendu, bisa diperoleh dari tradisi, budaya, dan seni khas Raja Ampat. Dia berharap tiap daerah punya ciri khas motif batik. Selama ini, motif batik yang dikenal adalah dari Jawa: Surakarta, Lasem, Yogyakarta, dan Pekalongan. Motif-motif batik Jawa cenderung ornamental dan rumit. Warnanya pun terbatas hanya hitam, cokelat, juga putih.
Berbeda dengan motif batik Jawa, motif batik Papua cenderung besar dengan warna yang lebih berani, seperti hitam, merah, dan hijau. “Saya yakin, batik Papua mempunyai kemampuan untuk menembus pasar dunia,” kata Wiendu.
Ketua Dewan Kesenian Raja Ampat Alfius Mirino mengatakan sudah dua kali warga Raja Ampat dikirim ke Yogyakarta untuk mengikuti pelatihan membatik. Rombongan pertama pada 2013 lalu sebanyak 15 orang. “Tapi setelah kembali (ke Raja Ampat), mereka tidak bisa menerapkan ilmunya,” kata Alfius.
Alasannya, tidak ada pendampingan selama mengikuti pelatihan. Tahun ini, 25 orang dikirim kembali didampingi Dewan Kesenian Raja Ampat sebanyak dua orang. Tidak ada satu pun peserta yang mempunyai latar belakang sebagai pembatik. Mereka adalah ibu rumah tangga, petani, nelayan, dan pengrajin aneka kerajinan tangan. “Sebelum berangkat ke Yogyakarta, kami beri bekal pengenalan cara membuat motif. Istilah kami, menulis,” kata Alfius.
Beberapa motif juga sudah dibuat Alfius, yang menunjukkan ciri khas Raja Ampat. Seperti motif bergambar manusia tupai, ikan, sagu, juga kekayaan alam di bawah laut. Motif itu biasa menjadi motif sejumlah alat perang, seperti perisai dan aneka kerajinan dari kayu.
Setiba di Yogyakarta, mereka mulai mengenal canting dan malam. “Kami pulang nanti dibekali canting dan malam. Kalau habis, kami juga belum tahu bagaimana karena tidak ada malam di Raja Ampat,” kata Herlina, warga Raja Ampat yang sehari-hari membuat kerajinan dari tas.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Terpopuler:
Enam Inkumben Dapil IV Jatim Gagal ke Senayan
Jurnalis Ahlul Bait Indonesia Dipukuli
Saksi Sebut Bupati Morotai Tahu Rp 3 M ke Akil