TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Asia bergerak variatif dalam merespons data manufaktur Cina yang kembali mengalami kontraksi. Data manufaktur bulan April yang berada pada level 48,3 mengisyaratkan kinerja perekonomian negara itu masih belum begitu membaik. Akibatnya, banyak analis yang menilai Cina terlalu optimistis dalam menentukan target pertumbuhan ekonomi Cina di 2014 sebesar 7,5 persen.
Pelaku pasar yang mencemaskan hal itu meresponnya dengan melepas saham. Pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi tipis 4 poin (0,1 persen) ke level 4.893. Sektor industri dasar menjadi sektor yang paling dominan dilanda aksi jual, dengan turun 0,8 persen. Pelemahan rupiah yang melampaui level 11.600 per dolar AS disinyalir menyebabkan prospek sektor ini kurang menarik.
Analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Aiza, mengatakan laju indeks memang dipengaruhi oleh perilisan negatif data manufaktur Cina. Kontribusinya yang sangat maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi regional, membuat pelaku pasar begitu reaktif atas data Cina yang kembali bergerak negatif. “Pandangan pelaku pasar memang sedang fokus pada manufaktur negara itu," katanya.
Sebaliknya, perkebunan menjadi sektor yang mampu menguat paling tajam, dengan kenaikan sebesar 1,3 persen. Harga komoditas minyak sawit mentah dunia yang meningkat 1,55 persen ke level 2.683 ringgit Malaysia per ton mendorong saham emiten perkebunan kembali diburu pelaku pasar.
Data negatif Cina juga membuat indeks Hang Seng dan Shanghai melemah cukup dalam. Indeks Hangseng terkoreksi 0,88 persen ke level 22.531, sementara Shanghai turun 0,51 persen ke level 2.062,28. (Baca:Tren IHSG Masih Meningkat)
MEGEL
Terpopuler
JIS Disebut seperti Negara dalam Negara
Ketemu Jokowi, Bocah Marunda Menanti Hampir 2 Jam
Kasus Hadi Poernomo, Ini Sebab BCA Belum Dijerat
Ahok: Denda Rp 20 Juta PKL Monas Sudah Berlaku