TEMPO.CO, Durham - Ayam merupakan salah satu hewan ternak yang paling banyak dipelihara. Sebuah studi menunjukkan adanya perubahan drastis asam deoksiribonukleat (DNA) atau rangkaian genetik pada ayam ternak modern.
Berdasarkan pemeriksaan DNA yang diambil dari tulang ayam yang hidup di Eropa 200-2.300 tahun silam, peneliti menemukan wujud hewan ternak tersebut pada masa itu mungkin jauh berbeda dengan kerabatnya saat ini.
Studi yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 21 April 2014, ini menunjukkan adanya beberapa karakter fisik ayam ternak modern yang tidak dimiliki nenek moyangnya. Kulit ayam ternak modern yang berwarna kekuningan, misalnya, baru muncul dan meluas dalam 500 tahun terakhir. "Dalam perspektif evolusi, waktu selama itu seperti kedipan mata saja," kata Greger Larson, peneliti dari Durham University, Inggris, Kamis, 24 April 2014.
Riset ini merupakan bagian dari penelitian tentang bagaimana manusia mulai mengubah tumbuhan dan hewan liar menjadi sumber pangan dan ternak seperti dikenal saat ini. Secara umum, setiap mutasi yang menyebar pada tumbuhan dan hewan peliharaan tapi tidak dimiliki para pendahulunya dinilai sebagai faktor penting penyebaran tanaman pangan dan ternak ke seluruh dunia. Kenyataannya, riset tentang DNA ayam purba menunjukkan cerita yang berbeda.
Ayam adalah keturunan burung liar yang dikenal sebagai Red Junglefowl. Manusia mulai memelihara burung liar itu sebagai hewan ternak sekitar 4.000-5.000 tahun lalu di wilayah Asia Selatan. Untuk mencari perubahan karakter ayam, peneliti menganalisis DNA dari tulang-tulang 81 hewan itu yang didapat dari berbagai situs arkeologi di seluruh penjuru Eropa. Usia fosil-fosil tulang ayam itu bervariasi 200-2.300 tahun.
Para peneliti memeriksa dua gen yang menentukan karakter ayam ternak modern dan leluhurnya sebagai burung liar. Gen pertama yang dicek adalah BCDO2, berhubungan dengan warna kekuningan pada kulit ayam, serta gen TSHR yang mempengaruhi produksi hormon tiroid. Meski fungsi asli TSHR belum diketahui, gen itu diduga berhubungan dengan kemampuan ayam ternak menghasilkan telur sepanjang tahun.
Kemampuan bertelur sepanjang tahun ini tidak dimiliki oleh Red Junglefowl atau burung liar apa pun. Kurang dari separuh ayam purba yang diperiksa memilki gen TSHR seperti yang didapat pada ayam ternak modern. Ketika peta gen seluruh fosil hewan itu dibandingkan, hanya ada satu ayam purba yang memiliki kulit berwarna kekuningan mirip dengan dengan ayam ternak saat ini.
Peneliti menduga perubahan gen ini baru terjadi dalam 500 tahun terakhir atau ribuan tahun sejak ayam ternak pertama dipelihara. "Hanya karena karakter tanaman atau hewan begitu umum saat ini bukan berarti mereka sudah memilikinya sejak awal," kata Larson, seperti dikutip Science Daily.
Menurut Larson, hewan peliharaan dan ternak yang dikenal saat ini seperti anjing, ayam, kuda, dan sapi kemungkinan mengalami perubahan radikal dan tampil berbeda dari yang dipahami nenek moyang manusia dulu. "Hewan-hewan itu dipengaruhi perilaku dan kontrol manusia sehingga perubahan radikal bisa terjadi terjadi dalam beberapa generasi saja," katanya.
SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
JIS Disebut seperti Negara dalam Negara
Ketemu Jokowi, Bocah Marunda Menanti Hampir 2 Jam
Ahok: Denda Rp 20 Juta PKL Monas Sudah Berlaku
Ahok: Kerja Camat Lurah seperti Manajer Wilayah