TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Mahadi Sinambela, mengakui partainya kesulitan mencari mitra koalisi dalam menghadapi pemilu presiden 9 Juli mendatang. Indikasinya, kata dia, adalah sinyal penolakan dari Partai Kebangkitan Bangsa dan juga belum jelasnya koalisi dengan Partai Hati Nurani Rakyat.
“Saya kira kesulitan buat kami untuk menjagokan Pak Aburizal,” kata Mahadi saat ditemui seusai diskusi di Jakarta, Rabu, 23 April 2014. Kemarin, Mahfud Md. secara resmi menolak pinangan Aburizal untuk bersedia menjadi calon wakil presiden. Menurut Mahadi, sekarang Golkar tak lagi memiliki arah untuk berkoalisi. “Bisa saja tetap mengusung, tetapi belum tentu menang.”
Dia menilai pilihan paling realistis adalah mendekati dua poros yang paling berpeluang menang, yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Peluang untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat sebenarnya terbuka. Namun dia mempertanyakan apakah Demokrat bersedia tidak menjadi pimpinan koalisi. “Kecuali Demokrat ikhlas memberi suara ke Golkar, mungkin bisa,” kata Mahadi.
Politikus senior Golkar ini menuturkan Demokrat juga tak memiliki tokoh kuat untuk menjadi magnet gerbong ini. Pramono Edhie Wibowo dan Dahlan Iskan dinilainya tak cukup kuat untuk menjadi motor koalisi ini. “Siapa yang mau dijual,” tuturnya.
Karena itulah, Dewan Pertimbangan Partai Golkar menyodorkan tiga nama sebagai calon wakil presiden, yaitu Akbar Tandjung, Luhut Panjaitan, dan Jusuf Kalla. Mahadi mengatakan tiga nama ini akan dibawa ke dalam forum rapat pimpinan nasional.
Menurut Mahadi, usulan untuk mengusung nama-nama ini juga datang dari berbagai pengurus Golkar tingkat kabupaten dan kota. “Mereka bakal berontak mau ikut rapimnas,” katanya.
WAYAN AGUS PURNOMO
Baca juga:
Eko Patrio dan Muhaimin Keok di Kota Madiun
Korupsi E-KTP, KPK Geledah Ditjen Kependudukan
Jokowi Usul Dirjen Pajak Jadi Kementerian
Adu Mulut dengan Caleg, Ketua KPU Bima Pingsan
Banyak Calon Legislator Curi Suara Partai
Sugiharto, Pejabat yang Jadi Tersangka Kasus E-KTP