TEMPO.CO, California - Musim panas adalah waktu yang tepat untuk pergi berenang di laut. Dengan temperatur air sekitar 28 derajat Celsius, orang merasa nyaman berendam di air laut.
Namun, bagi sebagian besar organisme laut, suhu seperti itu sangat mematikan. Penelitian dari Universitas Stanford menunjukkan koral bisa mengaktifkan dan mematikan gen tertentu untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup di lautan yang semakin menghangat.
Perubahan iklim menyebabkan pemanasan air laut dan membuat masa depan koral dan terumbu karang yang menjadi sumber kehidupan terancam. Studi yang dipimpin Profesor Steve Palumbi, Direktur Hopkins Marine Station di Stanford, menemukan beberapa koral laut bisa menyesuaikan fungsi internal untuk menghadapi air yang menghangat 50 kali lebih cepat daripada yang mereka bisa lakukan ketika beradaptasi selama evolusi.
Palumbi mengatakan suhu pada terumbu karang sangat bervariasi. Hal itu menunjukkan bahwa koral laut memiliki kemampuan untuk menghadapi kadar panas yang berbeda.
"Studi kami menunjukkan mereka sanggup melakukukannya dan itu membantu mereka di masa depan ketika laut menghangat," kata Palumbi seperti ditulis laman resmi Universitas Stanford, Jumat, 25 April 2014.
Terumbu karang merupakan sumber kehidupan dan tempat perlindungan organisme laut saat terjadi badai. Penangkapan ikan berlebihan, polusi, kenaikan suhu dan kadar asam di atmosfer akibat perubahan iklim telah menghancurkan separuh dari struktur terumbu karang di seluruh dunia dalam 20 tahun terakhir. Terumbu karang dikenal sangat sensitif. Kenaikan suhu laut sedikit saja bisa membunuh koral dalam struktur sepanjang nyaris dua kilometer.
Dalam studi itu, peneliti menemukan temperatur air laut di perairan dangkal bisa mencapai 35 derajat Celsius dan cukup untuk membunuh nyaris semua terumbu karang. Peneliti lalu membuat koloni terumbu karang di dua kolam dengan suhu yang berbeda untuk melihat kemampuan adaptasinya.
Di sana mereka mendapatkan terumbu karang dari kolam air dingin bisa mentoleransi suhu yang lebih tinggi di kolam hangat. Meskipun tingkat toleransi suhu panas hanya separuh dari koloni di kolam air hangat, terumbu karang dari kolam air dingin bisa mengembangkan kemampuan yang sebelumnya hanya didapatkan dari evolusi selama beberapa generasi.
Seperti manusia, koral juga memiliki gen adaptif yang bisa diaktifkan ketika kondisi eksternal berubah. Temuan ini menunjukkan beberapa koral laut bisa menghadapi efek pemanasan air laut melalui sistem adaptasi ganda berdasarkan genetik dan penyesuaian fisik terhadap kondisi lokal.
Namun, Palumbi mengingatkan bahwa karakter koral yang bisa beradaptasi pada perubahan suhu bukan jawaban utama dalam menghadapi isu perubahan iklim. Koral bakal tidak sanggup menghadapi kenaikan suhu yang terus terjadi. Koral juga berada dalam ancaman polusi dan naiknya kadar asam.
SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita lainnya:
Golkar Kuasai 7 Kursi DPRD Kabupaten Tangerang
Lima Ketua Parpol di Jember Gagal Jadi Legislator
Saran Agum Gumelar ke Prabowo Jangan Menghujat