TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) membuat dolar mengalami pelemahan. Momentum itu kemudian dimanfaatkan oleh rupiah untuk keluar dari tekanan. Di transaksi pasar uang, hingga siang ini rupiah bergerak sedikit menguat di kisaran 11.590-11.600 per dolar AS. (Baca: Senin, Tekanan Terhadap Rupiah Menguat Lagi )
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan data ekonomi AS yang berada di bawah ekspektasi membuat dolar sedikit melemah. Walaupun permintaan durable goods di AS lebih baik, naiknya angka klaim pengangguran serta baiknya data iklim bisnis di Jerman mendorong turunnya indeks dolar. "Pelemahan rupiah pun akhirnya tertahan di tengah data AS yang kurang baik," katanya melalui riset hariannya.
Imbal hasil obligasi AS 10 tahun juga turun ke 2,68 persen sampai dinihari tadi. Situasi ini bakal membantu penguatan mata uang di Asia pagi ini. Hari ini, pelaku pasar masih menanti data market service PMI yang dirilis pada 25 April 2014 waktu AS. (Baca: Ekonomi Kuat, Nilai Baru Rupiah Rp 11.600)
Menurut Rangga, pergerakan rupiah sendiri mulai menunjukkan perbaikan dengan kembali ke level 11.600 sampai kemarin sore setelah tekanan dolar di pasar global mereda. "Penguatan rupiah kemungkinan bisa berlanjut hari ini," ujar Rangga.
Meski demikian, tingginya permintaan dolar untuk kebutuhan impor pada akhir bulan membuat tekanan terhadap nilai tukar masih ada. Arah pergerakan rupiah berikutnya masih menunggu data neraca perdagangan dan inflasi yang diumumkan pekan depan. (Baca pula: Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?)
PDAT | M. AZHAR