Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Lazim, Ular Menggigit Orang Tidur  

image-gnews
Seekor ular python melata di atas tubuh pelanggan, saat sesi
Seekor ular python melata di atas tubuh pelanggan, saat sesi "pijat tubuh ular" sesi di Bali Heritage Reflexology dan Spa, Jakarta. ROMEO GACAD/AFP/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Greenville, North Carolina - Serangan ular berbisa kepada manusia biasanya terjadi ketika hewan itu merasa terancam atau terkejut. Namun di Australia, ular berbisa mulga (Pseudechis australis) ternyata juga menyerang orang-orang yang tengah lelap tertidur.

Para peneliti yang melakukan pemeriksaan terhadap 27 kasus serangan ular mulga menemukan para korban tidak melakukan interaksi langsung dengan hewan melata tersebut. Tujuh korban mengatakan mereka tengah tertidur lelap ketika binatang melata itu mengigit mereka pada tengah malam hingga pukul lima pagi.

Dalam studi itu ada korban serangan yang memang melakukan interaksi, seperti bermain dengan ular di taman atau mendapat gigitan ketika tengah memberi makan ular peliharaannya. Serangan ular mulga terhadap manusia yang tengah tertidur dinilai tidak normal. Laporan penelitian yang dimuat jurnal Toxicon itu menunjukkan serangan ular pada orang yang tengah tidur kemungkinan ada lebih banyak daripada yang dilaporkan.

Ular mulga adalah ular berbisa terpanjang kedua di daratan Australia. Rata-rata panjang tubuh ular ini sekitar 1,5 meter. Namun, reptil itu bisa tumbuh hingga mencapai tiga meter. Panjangnya hanya kalah dari ular berbisa Raja Kobra dari Asia, mamba di Afrika dan taipan Australia yang juga memiliki racun mematikan. Racun ular mulga bisa berakibat fatal, tapi serangan mematikan ular mulga terakhir dilaporkan terjadi sekitar 40 tahun lalu.

Ular mulga memiliki warna dan corak kulit yang berbeda tergantung pada habitat mereka. Di gurun, warna kulit ular mulga cenderung cokelat cerah.  Sedangkan di daerah yang lebih sejuk, tubuh mereka berwarna agak gelap seperti cokelat kehitaman. Habitat ular ini ada di hampir seluruh daratan Australia.

Waktu kejadian serangan kebanyakan terjadi antara Desember dan Maret ketika cuaca di Australia tengah hangat. Sebanyak delapan puluh persen korban serangan adalah pria. Ular tidak selalu menyalurkan racun ketika mereka menggigit korban. Namun dalam studi itu, ada 21 pasien yang memiliki gejala keracunan. Artinya, ular mulga kerap menyalurkan racun ketika mengigit. Korban serangan biasanya mengalami pendarahan di luka gigitan, muntah, nyeri perut, dan diare.

"Tingginya gejala keracunan dalam studi ini sangat mengejutkan," kata Sean Bush, profesor pengobatan darurat dan spesialis bisa ular dari East Carolina University, seperti dimuat Livescience, 25 April 2014. "Tingginya tingkat keracunan mungkin terjadi akibat besarnya tubuh dan taring hewan itu."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam laporan itu belum ada kejelasan mengapa ular mulga juga mengigit orang yang tertidur. Spekulasi yang muncul antara lain ular mulga kemungkinan tertarik dengan panas tubuh para korban. Ular dikenal memiliki sensor yang bisa mendeteksi panas untuk membantunya berburu mangsa. Kemungkinan lain, ular mulga sebenarnya hanya mencari mangsa berupa hewan pengerat yang kebetulan bersarang di dekat pemukiman manusia. (Baca: Spa "Ekstrim" di Jakarta Menggunakan Ular)

LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA

Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo

Berita terpopuler
Pekan Ini Jokowi Punya Calon Wakil Presiden
Terpilih Lagi, Eko Patrio Punya Resep Khusus
KPK Geledah Rumah Petinggi HP
Artis Asal Jawa Barat yang Lolos ke Senayan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

21 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.