TEMPO.CO , Liverpool: Ibarat kisah klise di sinetron: sok-sokan benci, tapi sebenarnya cinta. Itulah perasaan Jose Mourinho pada Liverpool.
Pelatih Chelsea itu dongkol kepada The Reds karena klubnya tersingkir di semifinal Liga Champions lewat gol tunggal penyerang Liverpool, Luis Garcia, pada 3 Mei 2005.
Gol di menit empat tersebut kontroversial karena rekaman ulang mendapati bola belum melewati garis saat dihalau bek Chelsea. Hampir satu dekade berlalu, pria 51 tahun asal Portugal itu masih menyinggung insiden yang dia sebut "gol hantu" tersebut, menjelang pertarungan kedua tim di Stadion Anfield, Liverpool, malam ini, Minggu, 27 April 2014.
Menurut Brendan Rodgers, pelatih Liverpool, kedengkian Mourinho tersebut semata menunjukkan keinginannya yang kuat untuk menang. Di dalam hatinya, Rodgers melanjutkan, pelatih berjuluk Special One itu menaruh rasa hormat yang besar pada Liverpool. "Bahkan dia hampir menjadi pelatih Liverpool," kata Rodgers.
Ceritanya begini. Nama Mourinho melambung usai mengantar klub Portugal, Porto, menjadi juara Eropa pada 2004. Saat itu, Liverpool butuh pelatih baru setelah Gerard Houllier mengundurkan diri dan menawarkan kontrak ke Special One, yang juga menerima tawaran dari Chelsea.
Awalnya, Mourinho lebih condong ke Liverpool. Namun gelontoran Rp 81 miliar per tahun--gaji pelatih terbesar di sepakbola--membuatnya berlabuh di Stamford Bridge. "Dia telah membuat keputusan, tapi tetap menyadari kebesaran Liverpool," ujar Rodgers, 41 tahun.
Rodgers paham betul sikap Mourinho. Pria asal Irlandia Utara itu merupakan bawahan Mourinho dan menjabat pelatih kepala tim junior Chelsea antara 2004 dan 2007.
Setelah Rodgers sukses membawa Swansea City lolois ke Liga Primer dan menempati papan tengah, giliran bintangnya yang terang. Pada pertengahan 2012, beberapa klub besar di negeri Pangeran William memintanya jadi nahkoda, termasuk Tottenham Hotspur. "Jose mengirim sms dan memintaku untuk menolaknya," kata Rodgers.
Mourinho menyarankan mantan bawahannya itu untuk menerima pinangan The Reds. "Sembari bilang bahwa Liverpool adalah klub besar," ujar Rodgers.
Kekaguman Mourinho pada penghuni Anfield itu, Rodgers melanjutkan, tidak luntur meski kedua klub bersaing di pucuk klasemen (Baca: Klasemen Liga di Eropa). "Jika Chelsea tidak jadi juara, dia ingin Liverpool yang menang," kata Rodgers.
Belum ada komentar dari Mourinho soal pernyataan ini. Di konferensi pers kemarin, dia menolak banyak bicara karena sedang terancam sanksi Federasi Sepakbola Inggris, FA, soal komentarnya kepada wasit.
MIRROR | BBC | YOUTUBE | REZA MAULANA
Terpopuler
Timnas U-19 Siap Bersaing di Grup B Piala Asia
Tito Vilanova Meninggal
Jadi Manajer MU, Giggs: Momen Paling Membanggakan