Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tergantung Terbalik, Kukang Tak Bakal Sesak Napas  

image-gnews
Kukang Nycticebus Kayan (Sumber: WildBorneo.com.my)
Kukang Nycticebus Kayan (Sumber: WildBorneo.com.my)
Iklan

TEMPO.CO, SwanseaKukang kerap digambarkan sebagai binatang pemalas. Primata ini menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bergelantungan di pepohonan dan bergerak dengan sangat lambat. Jarang sekali ditemukan kukang bergerak di permukaan tanah.

Namun kukang sebenarnya sangat efisien dalam menggunakan energinya. Kukang pun tak perlu khawatir sesak napas saat bergelantungan terbalik dalam waktu lama.

Manusia yang bergelantungan, apalagi dalam kondisi terbalik, akan sulit bernapas karena organ dalamnya menekan paru-paru. Namun kukang punya mekanisme efektif untuk menjaga organ dalamnya tetap berada di tempatnya saat mereka bergelantungan terbalik di pohon.

Penelitian terbaru menunjukkan kukang jari tiga (Bradypus variegatus) memiliki "zat perekat" khusus yang membuat organ dalam hingga usus mereka tetap menempel di bagian bawah rusuk. Dengan demikian, organ mereka tidak akan menekan paru-paru, sehingga primata ini bisa bernapas bebas saat dalam posisi terbalik.

Organ dalam tubuh kukang bisa menjadi sangat berat, terutama ketika ada limbah pencernaan di usus mereka. Saking hemat energi, binatang yang hidup di hutan hujan Amerika Tengah dan Selatan ini hanya turun dari pohon untuk buang kotoran sekali dalam seminggu. Berat kotoran dan urine yang tersimpan di dalam usus kukang bisa mencapai sepertiga dari total bobot tubuhnya.

"Bagi mamalia yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bergantungan terbalik, bobot besar di perut yang menekan paru-paru bisa membuat mereka membuang banyak energi hanya untuk bernapas," kata Rebecca Cliffe, peneliti dari Swansea University, Wales, seperti dikutip Livescience, Senin, 28 April 2014.

Cliffe dan koleganya memeriksa dua kukang yang telah mati karena sebab alami. Mereka menemukan perekat itu yang menjaga hati, lambung, dan usus kukang tetap berada di tempatnya saat mereka bergelantungan terbalik. Serat perekat itu diperkirakan bisa membantu kukang menghemat energi 7-13 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam laporan yang dimuat jurnal Biology Letters, 23 April 2014, Cliffe yang bekerja di Pusat Perlindungan Kukang di Kosta Rika menyebut penghematan energi 7-13 persen adalah hal besar bagi kukang. Binatang itu memproduksi energi dari makanan yang hanya cukup digunakan untuk bergerak dalam tempo tertentu ke tempat yang dibutuhkan.

"Selain untuk itu, tak ada energi lain yang tersisa. Sangat sulit atau mungkin mustahil bagi kukang untuk mengangkat bobot tambahan organ sekaligus bernapas jika mereka tak memiliki perekat itu," kata Clliffe.

Meski membantu menghemat energi, perekat itu kemungkinan membatasi kelenturan tubuh kukang bagian tengah. Kondisi ini tidak dialami oleh sebagian besar mamalia. Namun posisi organ dalam yang tak bergeser cocok dengan kehidupan lambat mereka. Kukang bisa bergelantungan terbalik dan menggapai makanannya tanpa menggunakan tenaga tambahan atau memberi tekanan pada organ dalamnya. 

LIVESCIENCE | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita Terpopuler 
Sebelum Tewas, Azwar: Saya Melakukannya Satu Kali
Ayah-Ibu Korban JIS Silang Pendapat
Debat Konvensi Demokrat Jadi Ajang Puji SBY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

37 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

katak mutiara merupakan jenis katak pohon yang memiliki bintik seperti mutiara. Saat ini populasinya sudah langka. Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak ini di Pegunungan Sanggabuana, Karawang (dok.SWR)
Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.


Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orcinus orca atau paus pembunuh. Shutterstock
Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.


Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Ular Piton (ilustrasi).
Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.


Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Penelitian tentang kenapa bebek berenang dalam formasi satu baris memenangkan Hadiah Ig Nobel bidang Fisika 2022. YouTube
Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.


Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Tim Indonesia yang berhasil meraih empat medali yakni dua medali emas dan dua perunggu dalam ajang International Biology Olympiad (IBO) ke-33 tahun 2022 yang diselenggarakan di Yerevan, Armenia. ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi.
Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.


3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?


Foldscope, Bagaimana Penemuan dan Fungsi Mikroskop Mini Berbahan Kertas Itu?

14 Juni 2022

Foldscope. Foldscope.com
Foldscope, Bagaimana Penemuan dan Fungsi Mikroskop Mini Berbahan Kertas Itu?

Mikroskop mini atau foldscope walaupun sederhana sama fungsinya untuk kebutuhan sains


Uji DNA Pastikan Kura-kura Galapagos Pulau Fernandina Belum Punah

12 Juni 2022

Fernanda, kura kura raksasa Fernandina di Kepulauan Galapagos yang masih hidup Foto : newscientist.com
Uji DNA Pastikan Kura-kura Galapagos Pulau Fernandina Belum Punah

Kura-kura Galapagos dari pulau yang sama ditemukan pada 1906. Selama ini ternyata masih ada yang bertahan.


Indonesia Tambah 6 Begonia Jenis Baru, Ada yang Potensial Tanaman Hias

19 Januari 2022

Begonia perunggufolia. Dok. BRIN
Indonesia Tambah 6 Begonia Jenis Baru, Ada yang Potensial Tanaman Hias

Peneliti BRIN berhasil menemukan 6 Begonia jenis baru endemik Sumatera. Dari yang bertulang daun mirip sarang laba-laba sampai daun warna perunggu.