TEMPO.CO, Purwokerto - Lava pijar dari kaldera Gunung Slamet kini meluncur hingga 1.500 meter dari kawah. Dari Purwokerto, luncuran lava pijar tersebut seperti pesta kembang api tahun baru.
"Teramati luncuran lava pijar mencapai 1.500 meter dari kawah," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Surono, Selasa, 29 April 2014.
Ia mengatakan intensitas letusan Gunung Slamet kini semakin meningkat. Namun, ia melanjutkan, ancaman bahaya masih di dalam radius 2 kilometer dari puncak.
Dari Pos Pengamatan Gunung Api Gambuhan tercatat sejak tengah malam hingga tadi pagi terjadi 52 kali lontaran lava pijar. Ketinggian lontaran mencapai 500-700 meter, atau lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya.
Sedangkan suara dentuman terdengar hingga 26 kali. Gempa letusan tercatat 30 kali. "Statusnya belum dinaikkan, masih waspada," katanya.
Dari pengamatan Tempo, mulai tengah malam hingga pagi hari di Baturraden, Banyumas, lontaran lava pijar terlihat seperti kembang api. Percikan api terlihat hingga keluar dari kawah. Langit cukup cerah setelah dari sore Gunung Slamet diguyur hujan.
Di Baturraden, puluhan penghobi foto menggelar tikar untuk mengabadikan momen langka tersebut. Tripod terjejer rapi di lokasi yang paling mudah melihat puncak gunung terbesar dan tertinggi di Jawa Tengah itu.
Tak ketinggalan, tamu dari Gang Sadar, tempat prostitusi terbesar di Purwokerto, juga ikut menyaksikan momen yang terakhir terjadi pada 2009 lalu tersebut. "Seperti kembang api, tapi kurang tinggi," kata Riyanto, 40 tahun, salah satu tamu Gang Sadar.
Penduduk desa dan penjaga vila juga ikut menyaksikan fenomena alam yang cukup jelas terlihat dengan mata telanjang itu. "Ada hiburan lain selain menunggu tamu selesai ngamar," ujar Soleh, 35 tahun, penjaga vila di Baturaden.
ARIS ANDRIANTO